TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat masih terkendali. Sehingga, kata dia, mendukung stabilitas perekonomian negara.
Nilai tukar rupiah sampai dengan 28 Juli 2023 secara Year to Date (YtD) tercatat menguat 3,13 persen Point to Point dari level akhir Desember 2022.
“Angka tersebut lebih kuat dibandingkan dengan apresiasi Peso Filipina (1,55 persen), Rupee India (0,57 persen), dan Baht Thailand (0,28 persen),” ujar dia di Kantor Otoritas Jasa Keuangan, Jakarta Pusat, pada Selasa, 1 Agustus 2023.
Dengan meredanya ketidakpastian pasar keuangan global, Sri Mulyani berujar, nilai tukar rupiah diprakirakan akan menguat ditopang indikator fundamental ekonomi yang kuat. Selain itu imbal hasil aset keuangan domestik yang menarik, dan dampak positif dari implementasi PP 36 Tahun 2023 tentang Devisa Hasil Ekspor dari Kegiatan Pengusahaan, Pengelolaan, dan/atau Pengolahan Sumber Daya Alam (PP DHE SDA).
Persepsi investor terhadap prospek perekonomian Indonesia juga menurut bendahara negara menguat. “Hal itu tecermin pada peningkatan outlook sovereign credit rating Indonesia oleh lembaga pemeringkat Rating and Investment Information, Inc. (R&I) dari stabil menjadi positif, dengan level rating tetap terjaga pada BBB+ (2 notch di atas level terendah investment grade),” ucap Sri Mulyani.
Konsumsi rumah tangga meningkat didorong naiknya mobilitas