TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengklaim Batam sebagai zona ekonomi (economic zone) pertama yang ada di dunia. Ia pun menilai Singapura belajar dari Batam untuk membangun zona industri serupa di negaranya.
"Singapura belajar dari Batam, kemudian membawa special economic zone juga untuk investasi di Cina," kata dia dalam acara Sewindu Proyek Strategis Nasional (PSN) di Jakarta Selatan, Rabu, 26 Juli 2023.
Menurutnya, zona ekonomi di Batam telah terbukti menjadi penggerak ekonomi di Indonesia. Sehingga, kawasan tersebut menjadi inspirasi beberapa negara, termasuk Cina dalam mengembangkan Special Economic Zone (SEZ).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Kota Batam sukses menyumbangkan hampir 76 persen kegiatan ekspor di Provinsi Kepulauan Riau sepanjang Mei 2023. Dalam catatan BPS, nilai ekspor Kota Batam saat itu mencapai US$ 1.197,62 juta atau naik sebesar 4,33 persen dibandingkan pencapaian bulan sebelumnya.
Angka tersebut lebih dominan dibandingkan kabupaten atau kota lainnya dari total ekspor se-Kepulauan Riau yang mencatatkan nilai sebesar US$ 1.585,14 juta. Pelabuhan Batu Ampar menjadi fasilitas penyumbang terbesar kegiatan ekspor Kota Batam sepanjang Mei 2023 dengan nilai mencapai US$ 787,89 juta. Volume ekspor di pelabuhan bongkar muat itu mencapai 123,12 ribu ton.
Karena itu, Airlangga menyatakan akan mempercepat pembangunan zona ekonomi di wilayah Indonesia lainnya. Salah satunya pembangunan di Gresik, Jawa Timur. Seperti diketahui, saat ini tengah dibangun pabrik foil tembaga PT Hailiang Nova Material Indonesia, yang ada di Kawasan Industri JIIPE. Selain itu, ada juga pembangunan pabrik smelter PT Freeport Indonesia.
Sementara itu, Direktur Institute For Demographic and Poverty Studies (Ideas) Yusuf Wibisono menilai pengembangan Kota Batam yang dibangun pemerintah sebagai kota industri sejak 1970 belum berhasil. Meski sudah dibangun puluhan tahun, tutur Yusuf, kawasan industri di Batam masih saja tidak mampu menyaingi Singapura.
"Padahal puluhan tahun Batam menikmati berbagai fasilitas investasi dan kemudahan ekspor dan impor," ujarnya saat dihubungi Tempo pada Jumat, 25 November 2022.
Menurut dia, hal itu terjadi lantaran belum banyak investor yang menarik investor. Penyebabnya, adalah jumlah penduduk yang sangat rendah yaitu sekitar 1,2 juta orang. Untuk menarik sumber daya global dalam jumlah masif pun, Yusuf mengatakan mustahil dilakukan tanpa sejarah komersial kawasan yang panjang.
Dengan demikian, Yusuf menggarisbawahi sejumlah faktor yang diperlukan untuk mengembangkan zona ekonomi. Di antaranya visi keunggulan kota dan arah pengembangan kota yang fokus, kawasan industri dan perdagangan bebas, keberadaan hub transportasi yang besar, serta konsistensi kebijakan dalam jangka panjang.
Pilihan Editor: Anggota Dewan Pakar Golkar Desak Airlangga Mundur, Anggap Terindikasi Tidak Bersih