TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT PLN (Persero), Darmawan Prasodjo, mengaku sedang merancang Rencana Usaha Penyediaan Listrik (RUPTL) untuk transisi energi. Darmawan menyebutnya sebagai RUPTL paling hijau dalam sejarah PLN, bahkan Indonesia.
"Kami menambah 21 GW pembangkit dari energi baru terbarukan (EBT) hingga 2030 atau 51,6 persen penambahan pembangkit berasal dari EBT," kata Darmawan dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi VII DPR RI, Rabu, 5 Juli 2023.
Dalam perencanaannya, Darmawan juga melakukan penghapusan 13,3 GW PLTU untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 1,8 miliar metric ton seelama 25 tahun. PLN juga membatatlkan PPA sekitar 1,3 GW PLTU, sehingga mengurangi sekitar 17 juta metric ton CO2 selama 25 tahun.
Kemudian, PLN mengganti 1,1 GW PLTU dengan EBT. Artinya, ada pengurangan emisi gas rumah kaca sekitar 150 juta ton selama 25 tahun. "Kami ganti sekitar 800 MW dengan pembangkit gas untuk mengisi emisi rumah kaca hingga 60 persen dibanding dengan menggunakan batu bara.
PLN, kata dia, juga melakukan cofiring biomassa pada 37 PLTU. Kemudian melakukan dedieselisasi dan uji coba carbon trading di antara internal 26 PLTU yang dimiliki perseroan.
PLN melakukan roll out smart grid di beberapa pulau.