TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat ekonomi energi Universitas Gadjah mada (UGM), Fahmy Radhi, pesimistis dengan keberhasilan kebijakan insentif pembelian kendaraan listrik. "Saya rasa target muluk-muluk itu tidak akan tercapai," kata Fahmy kepada Tempo, Jumat, 30 Juni 2023.
Pasalnya, hingga pertengahan tahun serapannya insentif untuk sepeda motor listrik masih rendah dari yang ditargetkan sebanyak 200 ribu unit.
Adapun berdasarkan data terbaru yang diakses Tempo dari laman resmi sisapira.id, pada Sabtu, 1 Juli 2023 pukul 15.00 WIB, baru ada 4 unit sepeda motor listrik yang tersalurkan dari program insentif ini. Sementara 33 masuk tahap terverifikasi dan 874 masih dalam proses pendaftaraan. Dengan capaian tersebut, masih ada 199.089 kuota yang tersisa.
Selain pada sepeda motor listrik, menurut Fahmy serapan insentif untuk mobil listrik akan bernasib sama.
Fahmy menilai serapan insentif tersebut belum maksimal lantaran pemerintah blunder dalam menetapkan kebijakan insentif kendaraan b listrik. Kesalahan terbesarnya, kata dia, adalah pemberian insentif dilakukan sebelum ekosistem electric vehicle (EV) mapan. Dia berujar, pemerintah terlalu buru-buru meneken kebijakan.
"Kalau ekosistem sudah terbentuk, sudah ada infrastruktur, jaringan distribusi dan jaringan servis, masyarakat tanpa dipaksa juga akan pindah ke kendaraan listrik," ujar Fahmy.
Selanjutnya: Pemerintah akan Evaluasi Program Insentif Kendaraan Listrik ...