Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Asosiasi Monogastrik Sebut Populasi Babi di Indonesia Menyusut Drastis Akibat Virus Demam Afrika

image-gnews
Petugas gabungan menyeret bangkai babi mengunakan perahu di aliran Sungai Bederah, untuk dikubur, di Kelurahan Terjun, Medan, Sumatera Utara, Selasa 12 November 2019. Sedikitnya 5.800 ekor babi mati diduga akibat wabah virus Hog Kolera dan African Swine Fever atau demam babi Afrika di 11 kabupaten/kota di Sumut. ANTARA FOTO/Irsan Mulyadi
Petugas gabungan menyeret bangkai babi mengunakan perahu di aliran Sungai Bederah, untuk dikubur, di Kelurahan Terjun, Medan, Sumatera Utara, Selasa 12 November 2019. Sedikitnya 5.800 ekor babi mati diduga akibat wabah virus Hog Kolera dan African Swine Fever atau demam babi Afrika di 11 kabupaten/kota di Sumut. ANTARA FOTO/Irsan Mulyadi
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Kalangan peternak babi yang terhimpun dalam Asosiasi Monogastrik Indonesia atau AMI mendesak pemerintah segera mengantisipasi meluasnya penyakit ternak African Swine Fever (ASF) atau Virus Demam Babi Afrika yang membuat populasi ternak menyusut drastis.

Penyakit demam babi Afrika yang muncul sebelum Covid-19 melanda pada 2019 silam, selama tiga tahun terakhir disebut telah membunuh belasan juta babi para peternak di tanah air. 

Babi para peternak yang terserang penyakit itu mati mendadak hingga menyebabkan peternak tak bisa menjualnya dan merugi.

"Sejak 2020 hingga pertengahan 2023 ini, dari populasi 15 juta ekor babi ternak di Indonesia kini tinggal 3 juta ekor saja," kata Ketua Asosiasi Monogastrik Indonesia Sauland Sinaga dalam forum yang diikuti puluhan peternak berbagai wilayah di Yogyakarta Rabu, 28 Juni 2023.

Sauland menuturkan meski pengkonsumsi babi di Indonesia sangat terbatas, namun saat ini ada 1,8 juta peternak menggantungkan hidupnya disitu. 

Terutama yang tersebar di Sumatera Utara, Bali, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, Papua, Jawa dan Kalimantan.

"Sampai 2023 ini, tinggal Papua saja yang belum terdampak virus ini, mungkin karena distribusinya lebih terbatas, tapi lama lama bisa merembet ke sana karena daerah lain di Indonesia sudah terkena," kata Sauland.

Asosiasi pun mendesak pemerintah bisa membantu kalangan peternak menghadapi penyakit ternak mematikan itu. Salah satunya lewat vaksinasi seperti yang belakangan digencarkan di sejumlah negara Asia Tenggara atau Asean.

Sebab para peternak di Indonesia, sejauh ini hanya bisa bertahan mengobati ternak yang terserang dengan obat sejenis serum hingga biosekuriti. Bukan vaksin yang dinilai lebih efektif menangkalnya dalam jangka waktu lebih lama.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dari komunikasi dengan asosiasi peternak di Asia Tenggara, kata Sauland, saat ini kalangan peternak seperti Filipina juga Malaysia relatif bisa bertahan melawan penyakit itu dengan vaksin ASF yang dikembangkan oleh Vietnam.

"Namun saat ini vaksin Vietnam itu belum bisa masuk Indonesia, masih ada sejumlah prosedur yang harus dilalui," kata dia.

Sauland mengungkap untuk mengembalikan populasi babi seperti sediakala dengan melawan penyakit itu melalui vaksinasi, butuh waktu sekitar lima tahun.

Dalam forum itu, Direktur Utama PT. Putra Perkasa Genetika Renaldy Anggada selaku satu pihak yang ditunjuk produsen vaksin ASF Vietnam sebagai distributor di Indonesia mengatakan, distribusi vaksin babi itu di Indonesia masih butuh sejumlah proses yang dilalui. 

"Vaksin itu kan tergolong produk GMO atau produk rekayasa genetika, jadi prosesnya musti ada ijin dari dua kementerian yakni Kementerian Pertanian dan KLHK( Kementerian  Lingkungan Hidup dan Kehutanan)," kata dia.

Saat ini, kata Renaldy, proses perijinan vaksin itu di Kementerian Pertanian sendiri disebut sudah selesai. "Sekarang tinggal menunggu proses di KLHK," kata dia.

Pilihan EditorViral Hewan Diduga Babi Ngepet di Mekarjaya Depok, Sudah Tiga Kali Menampakkan Diri

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Panduan Cegah Virus Nipah dari Kemenkes

3 hari lalu

Anggota tim medis dari Kozhikode Medical College membawa sampel buah pinang dan jambu biji untuk melakukan tes virus Nipah di desa Maruthonkara di distrik Kozhikode, Kerala, India, 13 September 2023. REUTERS/Stringer
Panduan Cegah Virus Nipah dari Kemenkes

Kemenkes menjelaskan panduan mencegah serta mengobati sakit akibat virus Nipah yang menular dari hewan ke manusia.


Jamaika Dilanda Wabah Demam Dengue, Ini yang Perlu Diwaspadai

5 hari lalu

Ilustrasi nyamuk (Pixabay.com)
Jamaika Dilanda Wabah Demam Dengue, Ini yang Perlu Diwaspadai

Demam dengue, seperti yang mewabah di Jamaika, disebabkan oleh satu dari empat jenis virus dengue. Waspadai gejalanya.


Luhut Sebut Banyak Negara Belum Tahu Indonesia: Afrika Tak Tahu Kami Anggota G20

7 hari lalu

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan di acara Net Zero Summit and B20 Investment Forum Opening Ceremony yang diselenggarakan oleh Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN Indonesia) pada Jumat, 11 November 2022, di Bali Nusa Dua Convention Center , Kawasan ITDC, Bali. Istimewa.
Luhut Sebut Banyak Negara Belum Tahu Indonesia: Afrika Tak Tahu Kami Anggota G20

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Padjaitan mengatakan bahwa banyak negara yang belum mengetahui Indonesia.


Michael Alford Asal Kentucky Tewas Akibat Segerombolan Lebah, Seberapa Berbahaya Sengatannya?

7 hari lalu

Ilustrasi lebah. Trade Vista
Michael Alford Asal Kentucky Tewas Akibat Segerombolan Lebah, Seberapa Berbahaya Sengatannya?

Seorang warga Kentucky, Michael Alford, tewas akibat diserbu segerombol lebah. Simak bahaya sengatan lebah dalam artikel ini.


Pertama Kali dalam 1 Dekade, Populasi Badak Afrika Naik

9 hari lalu

Petugas berusaha menenangkan badak sebelum memotong cula untuk mencegah perburuan liar di Buffalo Dream Ranch, Klerksdorp, Afrika Selatan, Senin, 6 September 2021. Para pemburu liar biasanya membunuh badak untuk mendapatkan culanya. REUTERS/Siphiwe Sibeko
Pertama Kali dalam 1 Dekade, Populasi Badak Afrika Naik

Total ada 23.290 ekor badak sampai akhir 2022 atau naik 5.2 persen dibanding tahun sebelumnya.


Yang Perlu Diketahui soal Virus Nipah yang Belakangan Mewabah di India

14 hari lalu

Anggota tim medis dari Kozhikode Medical College membawa sampel buah pinang dan jambu biji untuk melakukan tes virus Nipah di desa Maruthonkara di distrik Kozhikode, Kerala, India, 13 September 2023. REUTERS/Stringer
Yang Perlu Diketahui soal Virus Nipah yang Belakangan Mewabah di India

Virus Nipah (NiV) merupakan virus zoonosis atau virus yang dapat menyebar antara hewan dan manusia.


6 Cara Penanganan Sakit Pneumonia di Rumah

14 hari lalu

Ilustrasi pneumonia. shutterstock.com
6 Cara Penanganan Sakit Pneumonia di Rumah

Tidak bisa dianggap ringan, pneumonia menjadi infeksi paru-paru yang dapat mengalami komplikasi penyakit lainnya. Begini penanganannya di rumah.


Setop Dana Perang Ukraina, G7 Berencana Melarang Penjualan Berlian Rusia

17 hari lalu

Ilustrasi cincin berlian. ANTARA/Prasetyo Utomo
Setop Dana Perang Ukraina, G7 Berencana Melarang Penjualan Berlian Rusia

Larangan penjualan berlian oleh G7 akan mulai berlaku pada Januari 2024


Produk Tenun Desa Wedani Gresik Berhasil Tembus Pasar Afrika

18 hari lalu

Kain tenun produksi UMKM di Desa Wedani, Gresik yang sudah diekspor hingga Ethiopia dipamerkan di Balai Desa Wedani pada Rabu, 13 September 2023. TEMPO/Ami
Produk Tenun Desa Wedani Gresik Berhasil Tembus Pasar Afrika

Desa Wedani di Kecamatan Cerme, Gresik menjadi sentra produksi kain tenun di Jawa Timur.


Nipah Ancam Kerala India, Virus Mematikan Ini Muncul di Malaysia pada 1999

19 hari lalu

Staf memasang tanda bertuliskan
Nipah Ancam Kerala India, Virus Mematikan Ini Muncul di Malaysia pada 1999

Negara bagian Kerala di India selatan menutup sekolah, kantor dan transportasi umum untuk mengendalikan penyebaran virus Nipah.