“Tapi secara rata-rata itu 55 persen mengurangi beban biaya transportasi masyarakat. Tujuan tadi kami mencoba tercapai atau enggak sih. Ini kami ukur dengan melakukan survei,” tutur Tonny.
Tonny menuturkan, program Teman Bus didasarkan karena keprihatinan Kemenhub atas kondisi perkotaan di Indonesia. Menurut Tonny, jika melihat modal share atau jumlah masyarakat yang menggunakan angkutan umum masih di bawah 20 persen. Berbeda dengan Singapura, Hong Kong, dan Tokyo yang sudah di atas 50 persen.
Tonny menilai kondisi tersebut disebabkan karena angkutan umum di Indonesia kurang baik sehingga masyarakat lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi. “Otomatis enggak mungkin kita naik karena lama, mahal, enggak pakai AC, sehingga berpindah pakai kendaraan pribadi baik motor maupun mobil atau sekarang ada angkutan online,” ucap dia.
Semakin banyaknya masyarakat yang menggunakan kendaraan pribadi itu tentu akan menimbulkan kemacetan di beberapa kota. Di balik kemacetan itu, Tonny berujar, ada kerugian untuk wilayah Jabodetabek itu Rp 65 triliun per tahun, sedangkan kota besar lainnya di Indonesia hampir Rp 12 triliun per tahun.
“Dari kondisi seperti ini, ada keprihatinan angkutan umumnya tidak bagus, tidak menarik. Nah Kemenhub mengeluarkan program Teman Bus,” ujar Tonny.
Pilihan Editor: Libur Panjang Idul Adha, Angkasa Pura I Prediksi Puncak Arus Pergerakan Penumpang Terjadi Hari Ini