Dengan ketiadaan keahlian dan modal, menurut dia, kepala keluarga miskin ekstrem umumnya berstatus sebagai berusaha sendiri atau berusaha dengan dibantu pekerja tidak dibayar, yaitu anggota keluarganya. Penduduk miskin ekstrem secara umum memiliki tingkat pendidikan rendah.
“Bekerja di sektor primer (pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan dan penggalian), dan tidak memiliki akses ke sumber pendanaan usaha formal yang murah dan fleksibel,” tutur Yusuf.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sebelumnya mengatakan bahwa penurunan kemiskinan ekstrem mencapai 0 persen akan diupayakan pada 2024. Hal itu menjadi pembahasan dalam rapat terbatas bersama Presiden Joko Widodo alias Jokowi, pada 20 Februari 2023 lalu.
Penurunan kemiskinan ekstrem mencapai 0 persen 2024, kata dia, menjadi fokus jangka pendek pemerintah. Artinya, bendahara negara berujar, keseluruhan total angka kemiskinan akan menurun. Untuk mencapai target tersebut, kebutuhan pendanaanya juga akan dilakukan prioritas untuk tahun ini dan tahun depan.
“Jadi kemiskinan ekstrem di tahun 2024 yang harus 0 persen, kemudian kemiskinan headline adalah di 6,5-7,5 persen,” kata dia.
Pilihan Editor: Fintech Gagal Bayar, OJK Contohkan TaniFund Sudah Angkat tangan, Tak Mampu Lakukan Action Plan
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini