Menurut laporan S&P Global, Purchasing Manager Index (PMI) manufaktur Indonesia tercatat turun ke level 50,3, dari bulan sebelumnya yang mencapai 52,7. Laju ekspansi Mei 2023 ini merupakan yang terendah sejak November 2022.
Jingyi Pan, Economics Associate Director S&P Global Market Intelligence mengatakan perkembangan utama pada survei terkait PMI Indonesia adalah penurunan permintaan baru karena kondisi ekonomi domestik dan global yang lebih lemah dalam mempengaruhi permintaan baru.
Menurut Jingyi, sangat penting untuk memonitor seberapa tangguh penurunan permintaan terkini, karena hal ini akan mempengaruhi perkiraan pertumbuhan jangka pendek.
Pada sisi lain, kondisi permintaan yang lebih lemah menyebabkan tekanan harga bagi produsen Indonesia semakin berkurang.
“Yang artinya inflasi harga jual yang lebih lunak di sektor produksi barang, sehingga mencerminkan upaya Bank Indonesia dalam menurunkan tekanan inflasi melalui pengetatan kebijakan moneter,” kata Jingyi.
Indeks PMI Manufaktur menjadi indikator ekonomi yang mencerminkan keyakinan para manajer bisnis di sektor manufaktur. Skor indeks manufaktur PMI di bawah 50 mencerminkan kontraksi, sedangkan di atas 50 menggambarkan ekspansi ekonomi.
Pilihan Editor: Tak Harus Sama dengan Bank Dunia Soal Standar Garis Kemiskinan, Menko Airlangga: Kita Berbasis PPI
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini