TEMPO.CO, Jakarta - PT Bank Syariah Indonesia (Persero) Tbk. atau BSI belum bisa menjelaskan detail penyebab terjadinya gangguan sistem teknologi informasi atau IT pada 8 Mei 2023 lalu. Corporate Secretary BSI Gunawan A. Hartoyo menjelaskan, perseroan masih melakukan proses audit dan investigasi digital forensik.
“Sebenarnya untuk mengklarifikasi itu memang sebuah proses apakah iya atau tidak (serangan ransomware) dan sebagainya itu kita harus melalui serangkaian audit digital forensik yang saat ini masih berlangsung,” ujar Gunawan di Kantor Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN RI), Jakarta Pusat, Kamis, 25 Mei 2023.
Menurut Gunawan, untuk mengetahui kejadian apa yang menimpa bank syariah terbesar di Indonesia, tidak bisa dalam seminggu membongkarnya. Namun, membutuhkan waktu, sehingga sampai saat ini BSI masih menunggu hasilnya.
“Kenapa itu penting? Karena kami tidak bisa membicarakan hal-hal yang tidak kami ketahui bersama,” ucap dia.
Namun, Gunawan mengatakan prioritas perusahaannya adalah keamanan dan kenyamanan masyarakat. Menurut dia, pihak manajemen BSI juga sudah menyampaikan bahwa dana nasabah aman. “Karena memang yang paling kita perhatikan itu,” ujar Gunawan.
Hingga saat ini, dia berujar, transaksi di BSI sudah kembali normal baik di ATM, di cabang BSI, maupun digital. Bahkan, Gunawan melanjutkan, BSI juga memberikan beberapa program pelayanan, seperti explicit penggunaan QRIS dengan adanya cashback, ada juga transfer biaya Rp 5 bagi yang menggunakan BI Fast.
“Jauh lebih murah cepat sampai dan terjamin keamanannya. Tentu akan ada lagi untuk meningkatkan kenyaman dan keamanan,” kata Gunawan.
Selanjutnya: Komisaris Independen BSI Komaruddin Hidayat sebelumnya....