TEMPO.CO, Jakarta - Purchasing Managers Index atau PMI manufaktur secara global mengalami kontraksi selama delapan bulan berturut-turut. Bagaimana dengan Indonesia?
"Mayoritas 52 negara yang diobservasi, semuanya mengalami kontraksi, seperti Jepang, Tiongkok, Malaysia, Vietnam, Eropa, Inggris, Jerman, Perancis, Italia, Barazil, Afrika Selatan, Korea Selatan," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers APBN KITA pada Senin, 22 Mei 2023.
Dia melanjutkan 13 persen dari negara yang diobservasi mengalami ekspansi, yaitu di atas level 50. Meski mengalami ekspansi, PMI manufaktur negara-negara tersebut melambat. Contohnya Rusia, Singapura, dan Filipina.
"Hanya 34,8 persen dari negara yang diobservasi mengalami ekspansi di atas 50 dan akselerasi naik dibandingkan bulan sebelumnya," ujar Sri Mulyani.
Di dalam kategori ini, kata dia, Indonesia termasuk. Selain itu, ada pula India, Thailand, Turki, Kanada, Amerika Serikat, Arab Saudi, dan Meksiko. "Indonesia termasuk dari 34 persen yang ekspansi dan akselerasi," tegas Sri Mulyani.
Menurut dia, hal tersebut menggambarkan posisi Indonesia yang resilien terhadap kenaikan suku bunga yang sangat tinggi dari berbagai negara dan bahkan di Indonesia. "Dan kita masih bertahan. Ini hal yang positif yang kita jaga," tutur Bendahara Negara itu.
Dia menjelaskan, hal tersebut terlihat dan dikonfirmasi dengan pertumbuhan ekonomi di kuartal I Indonesia yg mencapai 5,03 persen year on year. "Mayoritas negara-negara lain di Eropa dan ASEAN terpukul oleh kenaikan dari policy rate dan inflasi yang tinggi, yang menyebabkan ekonomi mereka mengalami pelemahan," ujar Sri Mulyani.
Pilihan Editor: Kepala Bappenas Targetkan Ekspor ke Uni Eropa Capai USD 30 Miliar
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.