TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat keamanan siber dari Vaksincom, Alfons Tanujaya, merespons kabar soal dugaan PT Bank Syariah Indonesia (Persero) Tbk atau BSI terkena serangan ransomware. Menurut dia, serangan siber itu bukan hanya terjadi pada BSI saja, tapi beberapa perusahaan atau lembaga lain pernah mengalaminya.
“Ini bukan hanya untuk kalangan perbankan, di Indonesia juga banyak yang sudah menjadi korbannya,” ujar Alfons lewat keterangan video pada Jumat, 12 Mei 2023.
Di antaranya, dia menyebutkan, ada kementerian sudah menjadi korban serangan ransomware. Jadi, menurut Alfons, data dari mail server kementerian itu berhasil diterobos, lalu di-enkripsi, dan disebarkan. Kemudian, ada data dari perusahaan otomotif terbesar di Indonesia juga berhasil diambil, di-enkripsi, lalu disebarkan,
“Lalu ada juga dari perusahaan mining, perusahaan agro, jadi mereka (penjahat siber atau hacker) memang mengincari perusahaan-perusahaan besar,” tutur Alfons. Namun, dia tidak menyebutkan secara gamblang nama kementerian dan perusahaan yang pernah terkena serangan.
Menurut Alfons, serangan ransomware ini sudah menjad tren, karena mayoritas dari aktivitas malware itu ujung-ujungnya duit. “Dengan adanya teknik ransomware ini mereka mendapatkan cara yang sangat efektif. Ini ancaman yang nyata dan berbahaya dari malware salah satunya ancaman ransomware,” ucap dia.
Selanjutnya: cara yang bisa menjamin keamanan dari serangan ransomware