"Kami tahu batu bara akan habis 15-20 tahun lagi. Jadinya, istilahnya kami nabung. Kami juga enggak kalah dari perusahaan asing, bagaimana kita membayar pajak dan royalti yang cukup besar bagi negara. Jadi kami nggak bagiin semua, karena memang kami mempunyai kepentingan, pemegang saham juga punya kepentingan, untuk Adaro ini bisa eksis," katanya.
Lebih lanjut, Boy menuturkan lonjakan laba bersih itu merupakan hasil dari kenaikan volume produksi dan penjualan perusahaan dan harga rata-rata jual atau average selling prices (AVP) juga masih tinggi.
"Kami bersyukur dengan kondisi keuangan Adaro yang mumpuni, kita bisa memikirkan sustainability Adaro ke depan," tuturnya.
Dia menambahkan ADRO memanfaatkan kondisi yang kondusif ini untuk mencatatkan kinerja operasional dan keuangan yang memuaskan.
Adapun pencapaian ini, kata Boy, akan dimanfaatkan untuk mendukung upaya percepatan transformasi bisnis agar Adaro Energy bisa menjadi lebih besar dan lebih ramah lingkungan.
"Kami ingin ADRO bisa terus eksis 50 sampai 100 tahun ke depan. Untuk itu kita harus balance antara dividen dan pengembangan pilar-pilar ke depan," kata Boy Thohir lebih jauh soal pembagian dividen Adaro Energy tersebut.
Pilihan Editor: Dukung Hilirisasi Tambang, Adaro Minerals Targetkan Smelter Aluminum Rampung di 2025
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini