TEMPO.CO, Jakarta - PT Adaro Minerals Indonesia (ADMR) akan berfokus pada bisnis hilirisasi mineral tambang dengan pembangunan fasilitas pemurnian atau smelter alumunium. Smelter tersebut ditargetkan mulai beroperasi pada 2025.
Presiden Direktur Adaro Minerals Indonesia, Christian Ariano Rachmat mengatakan kebutuhan alumunium di Indonesia akan semakin besar. Namun saat ini, kebutuhan tersebut masih disuplai dari impor. Menurutnya, rata-rata kebutuhan alumunium nasional mencapai satu juta ton per tahun.
"Kita mau bangun smelter 500 ribu ton. Jadi kalau harga tadinya impor satu juta ton seharga US$ 2.500 per ton berarti nilainya US$ 2,5 miliar. Kalau ini jadi bangun smelter, nilai impor kita berkurang setengah," ujar Ariono dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa 9 Mei 2023.
Padahal, kata Ariono, bahan baku dari aluminium tersebut yakni bauksit mentah berasal dari Indonesia, tetapi impor aluminum masih terus berjalan. “Dari bauksit akan diproduksi menjadi alumina yang menjadi bahan dasar alumunium di luar negeri, lalu diimpor kembali ke Indonesia,” jelasnya.
Maka dari itu, Adaro Minerals berupaya menggenjot pembangunan smelter aluminium yang ada di Indonesia. Apabila rampung, smelter akan mampu memproduksi sebesar 500 ribu ton dari kebutuhan aluminium Indonesia saat ini sebesar 1 juta ton per tahun.
“Nantinya produksi juga akan ditingkatkan secara bertahap hingga 1,5 juta ton per tahun,” ucap dia.
Sementara itu, Direktur Adaro Minerals Totok Azhariyanto mengatakan saat ini perseroan telah meneken kerja untuk mengakomodir kebutuhan smelter setelah rampung dengan beberapa produsen alumina lokal termasuk perusahaan trader sebesar 50 persen untuk smelter tersebut, sementara sisanya masih akan mengandalkan impor.
“Total nilai investasi termasuk pembangkit mencapai US$ 2 miliar. Sementara perjanjian suplai alumina akan finalisasi sekitar 6 bulan sebelum commercial operation date,” kata Totok pada kesempatan yang sama.
Rencananya, Toto menuturkan pemurnian dan smelter aluminium tersebut beroperasi di kuartal II tahun 2025 dengan kapasitas 500.000 ton di tahap pertama.
Pilihan Editor: Adaro Minerals Tak Bagikan Dividen, Laba Bersih 2022 untuk Belanja Modal dan Dana Cadangan
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini