3. Akuisisi Transmart
Kisah Transmart harus dimulai dari Carrefour, perusahaan asal Prancis yang masuk ke Indonesia. Namun tidak berlangsung lama, hingga pada 2010, Carrefour menawarkan penjualan saham kepada CT Crop. Kesepakatan akhirnya dicapai dengan MoU pembelian Carrefour Indonesia yang diteken 12 Maret 2010 di Prancis.
Pada 16 April 2010, Chairul Tanjung mengumumkan telah menguasai 40 persen kepemilikan saham di PT Carrefour Indonesia senilai US$ 300 juta yang selanjutnya bersalin nama menjadi PT Trans Retail Indonesia. Chairul Tanjung pun mendapat gelontoran utang dari konsorsium bank-bank asing seperti Credit Suisse dan Citi Bank.
Dua tahun kemudian, Chairul Tanjung akhirnya membeli seluruh saham Carrefour Indonesia. Resmi pada 19 November 2012, Trans Retail menggenapkan akuisisi 100 persen saham Carrefour Indonesia dengan membeli sisa 60 persen sahamnya senilai US$ 750 juta, di mana saat itu dinilai sebagai akuisisi terbesar di bidang retail di Indonesia. Serta dinilai pantas bagi Carrefour yang memiliki omzet penjualan mencapai US$ 13,75 triliun pada tahun 2011.
Di bawah naungan Chairul Tanjung, raksasa retail di Indonesia ini memiliki pegawai lebih dari 12.000 pekerja. Saat itu, PT Trans Retail mengklaim hadir dengan konsep baru, berbeda dengan Carrefour yang dikenal masyarakat selama ini. Kehadiran Transmart Carrefour diklaim memiliki pembagian koridor belanja lebih rapi dan suasana belanja yang lebih nyaman, lebih luang dan lapang.
Dalam perjalanannya, Transmart Carrefour melalui PT Trans Retail pernah digugat lantaran penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) oleh PT Tritunggal Adyabuana. Trans Retail Indonesia sendiri merupakan anak perusahaan dari Trans Corporation yang hadir dengan merek Carrefour, Transmart, dan Groserindo.
Selanjutnya: Chairul Tanjung Pernah Menolak Berpolitik ...