TEMPO.CO, Jakarta - Wings Air, yang merupakan bagian dari Lion Air Group mengumumkan pembatalan penerbangan rute Kupang–Lewoleba – Kupang yang dijadwalkan beroperasi Kamis, 4 Mei 2023. Keputusan ini sesuai dengan pemberitahuan resmi dari otoritas penerbangan, yang menyatakan Gunung Api Ile Lewotolok di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur dilaporkan mengalami erupsi.
“Keselamatan dan keamanan penerbangan merupakan prioritas utama Wings Air. Pembatalan penerbangan dilakukan untuk menghindari risiko keamanan dan keselamatan penumpang dan kru pesawat,” ujar Corporate Communications Strategic of Wings Air, Danang Mandala Prihantoro lewat keterangan tertulis, Kamis.
Wings Air memberikan solusi kepada penumpang yang terdampak antara lain pengembalian dana pemesanan tiket atau perubahan jadwal terbang berdasarkan prosedur serta aturan yang berlaku. Selain itu, kata Danang, pihaknya juga akan terus memantau situasi tersebut dengan seksama dan berkoordinasi dengan otoritas penerbangan untuk memastikan keselamatan dan keamanan.
“Jika setelah dievaluasi oleh otoritas penerbangan dinyatakan bandara tujuan sudah aman dan tidak terganggu oleh erupsi gunung berapi, maka operasional penerbangan dapat dilanjutkan seperti biasa,” ucap Danang.
Dia pun menjelaskan dampak erupsi dan abu vulkanik dapat membahayakan penerbangan. Karena abu vulkanik memiliki sifat sangat berbeda dengan debu atau partikel lain yang biasanya ditemukan di atmosfer.
Menurut Danang, partikel abu vulkanik sangat kecil dan memiliki kepadatan yang tinggi, sehingga dapat menempel pada permukaan kaca dan menghambat penglihatan dari kokpit pesawat. “Selain itu, partikel-partikel ini juga dapat menyumbat mesin pesawat dan sistem pembuangan gas, menyebabkan kerusakan pada mesin serta mematikan mesin pesawat,” tutur dia.
Selain itu, partikel abu vulkanik terdiri dari berbagai mineral, termasuk silika, yang dapat meleleh dan menempel pada turbin mesin pesawat. Hal ini bisa mengganggu kinerja mesin dan menyebabkan kerusakan pada komponen mesin.
Partikel abu vulkanik juga bisa menghambat visibilitas dan mempengaruhi penglihatan (jarak pandang) pilot karena cahaya yang difraksi dan dihamburkan oleh abu vulkanik. Serta mempengaruhi navigasi dan komunikasi pesawat dengan menimbulkan interferensi pada sinyal radio.
“Radar pesawat tidak dapat mendeteksi partikel abu vulkanik, sehingga pesawat harus menghindari area abu vulkanik terlihat atau diperkirakan berada,” kata Danang.
Menurut dia, dalam menunjang keselamatan dan keamanan penerbangan, otoritas penerbangan selalu memperhatikan kondisi lingkungan sebelum memutuskan terbang. “Dan melakukan tindakan pencegahan seperti membatalkan penerbangan atau mengubah jalur penerbangan agar penumpang dan kru pesawat tetap aman dan terhindar dari bahaya,” ujar Danang.
Pilihan Editor: Penjelasan Lengkap Lion Air Usai Gagal Mendarat di Aceh dan Kembali ke Bandara Kualanamu
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini