PLTBg Ujung Batu memanfaatkan limbah palm oil mill effluent (POME) atau limbah cair dari pabrik minyak kelapa sawit milik PT Rohul Sawit Industri. Dengan menggunakan teknologi pengolahan secara anaerobik, limbah cair kelapa sawit tersebut diolah menjadi energi biogas.
Selain menghasilkan energi bersih, PLTBg Ujung Batu juga menerapkan teknologi tepat guna untuk pengelolaan limbah sawit yang ramah lingkungan serta turut berkontribusi dalam pengurangan emisi karbon sebesar 100 ribu ton CO2 atau setara dengan emisi 10 ribu mobil per tahun.
Dalam kesempatan sama, General Manager PLN Unit Induk Wilayah Riau dan Kepulauan Riau Agung Murdifi menjelaskan bahwa sebagai badan usaha milik negara (BUMN), PLN memiliki tanggung jawab dalam meningkatkan bauran energi dan menjalankan transisi energi untuk mendukung Indonesia dalam mewujudkan target net zero emission (NZE) 2060.
Namun, kata dia, PLN tidak bisa bekerja sendiri dalam mewujudkan program transisi energi. Kontribusi swasta, seperti Biodena Energy Group, mendukung upaya PLN dalam meningkatkan bauran energi bersih dinilai penting untuk membantu Pemerintah Indonesia mewujudkan nol emisi karbon tersebut.
"Saat ini, bauran EBT di Riau telah mencapai 9,62 persen. Dengan beroperasinya PLTBg Ujung Batu maka dapat meningkatkan keandalan pasokan listrik, khususnya di Kabupaten Rokan Hulu dan sekitarnya. Selain itu, hadirnya PLTBg ini juga mampu berkontribusi untuk efisiensi Biaya Pokok Penyediaan (BPP) PLN di Riau sebesar Rp 11,9 miliar per tahun," kata Agung.
Pilihan Editor: Kemendag Buka Suara soal Temuan Babi Terjangkit Virus Flu Afrika yang Diekspor ke Singapura
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini