TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad mengatakan target pemerintah menjadikan kemiskinan ekstrem 0 persen pada 2024 tidak mudah. “Kayaknya berat ya,” ujar dia melalui sambungan telepon pada Selasa, 21 Februari 2023.
Tauhid mengungkap angka kemiskinan ekstrem 2022 2,04 persen, jumlah tersebut turun dari tahun sebelumnya 2,14 persen. Dalam dua tahun 2021-2022 turunnya hanya 0,1 persen.
“Artinya kalau sampai 2023 ya itu asumsinya berartikan di 2023 sekitar 1,94 berarti di 2024 itu ya masih ada sekitar 1,7-1,8 persen kemiskinan ekstrem. Ini saya melihat pola data. Memang turun tapi kayaknya berat untuk sampai 0 persen,” kata Tauhid.
Tauhid pun mengungkap penyebab target kemiskinan 0 persen 2024 sangat berat. Selain faktor daya beli kelompok masyarakatnya yang rendah, dia berujar, bantuan sosial masih banyak yang tidak tepat sasaran.
Menurut Tauhid, kemiskinan ekstrem memang cara mengatasinya dengan pendekatan bantuan. Karena jika diminta untuk berwirausaha dan mendapatkan layanan pekerjaan relatif berat, karena hanya bergantung pada bantuan sosial dari pemerintah.
“Belum lagi ada kelompok masyarakat baru yang karena pandemi Covid-19 masuk ke kelompok ekstrem yang belum terdata,” ucap dia.
Kemarin, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa penurunan kemiskinan ekstrem mencapai 0 persen akan diupayakan pada tahun 2024. Hal itu menjadi pembahasan dalam rapat terbatas bersama Presiden Joko Widodo alias Jokowi, kemairn.
Penurunan kemiskinan ekstrem mencapai 0 persen 2024, kata dia, menjadi fokus jangka pendek pemerintah. Artinya, bendahara negara berujar, keseluruhan total angka kemiskinan akan menurun.
Untuk mencapai target tersebut, kebutuhan pendanaanya juga akan dilakukan prioritas untuk tahun ini dan tahun depan. “Jadi kemiskinan ekstrem di tahun 2024 yang harus 0 persen, kemudian kemiskinan headline adalah di 6,5-7,5 persen,” kata dia.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini