"Inflasi yang membandel, ditambah dengan tanda-tanda penguatan di pasar tenaga kerja, memberi Fed cukup dorongan untuk terus menaikkan suku bunga. Risalah pertemuan Februari Fed, yang dijadwalkan pada hari Rabu, kemungkinan akan mengulangi sikap hawkish bank sentral," katanya.
Penyebab lainnya juga karena lonjakan imbal hasil Treasury AS dan dolar sangat membebani aset yang tidak memberikan imbal hasil seperti emas dan logam lainnya. "Dengan imbal hasil AS akan naik lebih jauh seiring dengan suku bunga, prospek jangka pendek untuk emas tampak redup, karena beberapa pejabat Fed memperingatkan bahwa suku bunga AS bisa naik melewati 6 persen tahun ini," kata Ibrahim.
Selanjutnya dari dalam negeri, Ibrahim melihat, meski Indonesia memiliki perekonomian yang cukup kuat pada tahun 2022 dengan pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen hingga tahun 2024. Inflasi di Indonesia masih menjadi kendala.
"Inflasi di Indonesia harus dikendalikan, dari sisi permintaan konsumsi rumah tangga untuk bisa tetap tumbuh di atas 5 persen," kata Ibrahim
Selain itu, pemerintah saat ini juga tengah memiliki fokus program prioritas penurunan kemiskinan ekstrem hingga nol persen pada tahun 2024. Prioritas lain yaitu mengenai penurunan angka kekerdilan (stunting) di Indonesia.
Sementara dari sisi investasi, pemerintah akan meningkatkan dukungan investasi sehingga nilai investasi di tahun ini dan tahun depan dapat meningkat secara signifikan. Selain itu, pemerintah juga akan menggunakan insentif fiskal dalam rangka mendukung berbagai transformasi industri.
Di samping itu, infrastruktur masih akan menjadi fokus pemerintah karena dapat meningkatkan produktivitas dari perekonomian nasional. Dari sejumlah upaya tersebut, pemerintah memperkirakan anggaran tahun 2024 dapat terus dijaga secara disiplin sesuai dengan prioritas dalam agenda nasional.
ADE RIDWAN YANDWIPUTRA