Mendapati kondisi langkanya Minyakita di pasaran saat ini, Gibran menyatakan pihaknya akan kembali memantau ketersediaannya di pasar-pasar saat ini.
"Nanti saya cek lagi di pasaran ya. Pokoke itu nggak boleh dijual di atas HET dan nggak boleh dijual secara online," ucapnya lagi.
Adapun kelangkaan Minyakita juga diakui sejumlah pedagang di Pasar Legi Solo. Salah seorang pedagang sembako di Pasar Legi, Purwanto mengaku sudah sejak sebulan yang lalu kesulitan mendapatkan pasokan Minyakita.
Sebelumnya Purwanto menyebut biasanya mendapat pasokan dari agen sebanyak tiga sampai empat karton dengan harga jual untuk satu kardus Rp 205 ribu. Bila dihitung, harga ecerannya menjadi Rp 17 ribu per liter.
"Saya sudah hampir sebulan ini belum bisa kulakan minyak goreng merek Minyakita karena di distributor kosong. Kemungkinan di agen juga kosong," tuturnya.
Purwanto mengaku menjual Minyakita dengan harga lebih tinggi dari HET karena harga yang ia peroleh dari agen atau distributor juga sudah tinggi.
"Sebagai pedagang kecil seperi kami kalau jualan ya mestinya ingin mendapat untung kan ya. Karena harga waktu kulakan harganya sudah tinggi, kami tentu menyesuaikan untuk harga jualnya supaya bisa dapat keuntungan paling tidak seribu atau dua ribu rupiah, otomatis harga jualnya lebih tinggi dari HET," tuturnya.
Terkait permintaan Minyakita, Purwanto mengatakan masih cukup banyak pelanggan yang menanyakan ketersediaan minyak goreng itu. Menurutnya Minyakita masih banyak diminati karena kualitas tidak kalah dengan merek lain yang
Sementara pedagang lainnya Indriyani mengaku sejak bulan Desember lalu tidak lagi mendapatkan pasokan Minyakita. Sehingga dirinya memilih menjual minyak goreng non subsidi seperti Fortune, Bimoli, dan Fitri.
SEPTHIA RYANTHIE
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini