Menurutnya, kondisi itu yang membuat pemutusan rantai pasok global terjadi ketika datang berbagai gejolak seperti pandemi. Harusnya, kata dia, dunia mampu menciptakan kawasan-kawasan pertumbuhan ekonomi baru, sehingga apabila terjadi masalah serupa, seluruh negara mampu menghadapi tantangan tersebut bersama-sama.
"Ide-ide negara berkembang juga harus diperhatikan oleh negara maju. Kita duduk sama rendah, berdiri sama tinggi, bersama-sama berkolaborasi untuk membawa dunia ke arah yang lebih baik,” ujar Bahlil, dikutip dari keterangan tertulis pada Kamis, 19 Januari 2023.
Dalam diskusi yang bertemakan penanaman modal asing berkelanjutan itu, Bahlil juga menegaskan bahwa kesetaraan antara negara berkembang dengan negara maju merupakan hal yang penting untuk didorong oleh seluruh negara. Bahlil menyatakan bahwa transfer teknologi adalah bagian yang terpenting dalam rangka pemerataan untuk memberikan nilai tambah. Selain itu juga demi mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs).
Ia berujar tidak ada artinya pertumbuhan negara tinggi tanpa ada pemerataan pertumbuhan. "Maka konsep kami adalah, harus ada kolaborasi antara pengusaha daerah, investor asing, dengan masyarakat setempat agar dapat tumbuh bersama-sama,” kata Bahlil.
Menurut dia, hal itu sudah terbukti dalam Leaders’ Declaration yang dihasilkan dari pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 pada November 2022 lalu. Pernyataan itu tercantum di paragraf 37 yang menuangkan komitmen para anggota G20 untuk melaksanakan kerja sama perdagangan dan investasi internasional untuk mengatasi masalah rantai pasokan, serta menghindari disrupsi dagang.
MOH KHORY ALFARIZI | RIANI SANUSI PUTRI
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini