TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan atau OJK Mahendra Siregar membandingkan kondisi perdagangan bursa di Indonesia dan di Eropa saat ditutup pada Desember 2022.
Mahendra menyitir pemberitaan dari salah satu media keuangan internasional yang menggambarkan suasana penutupan perdagangan bursa saham Eropa. Berita itu mengungkap kondisi saham di Eropa yang rendah saat menutup tahun 2022.
Baca: IHSG Diprediksi Bergerak Tipis, Samuel Sekuritas Soroti 5 Saham Ini
“Jauh berbeda dengan suasana yang kita alami pada saat kita juga perdagangan Bursa Efek Indonesia. Kata kuncinya adalah brutal dalam berita ini,” ujar Mahendra di acara pembukaan perdagangan di Bursa Efek Indonesia tahun 2023 dalam dalam konferensi pers yang disiarkan langsung di akun YouTube Indonesia Stock Exchange pada Senin, 2 Januari 2023.
Menurut Mahendra, dalam berita dikatakan pasar Eropa turun disebabkan oleh kondisi yang brutal akibat perang di Ukraina, inflasi yang tinggi, dan kebijakan moneter yang ketat. Alasannya, Indeks Eropa, misalnya, turun 12 persen.
“Yang artinya terjelek sejak tahun 2018 yang artinya lagi adalah bahkan lebih jelek dari saat pandemi 2020-2021,” tutur Mahendra.
Terlebih lagi, dia melanjutkan, tahun baru 2023 juga cenderung rumit untuk ekuitas ekonomi Eropa. Bank Sentran Eropa juga memperjelas akan mempertahankan suku bunga yang berpacu dalam waktu dekat terus berlanjut meski inflasi mendekati level rekor tertinggi. “Disebutkan juga bahwa di tahun baru ini akan memasuki kelesuan yang berat,” ucap dia.
Sementara Bank Sentral Inggris, Mahendra berujar, mengatakan bahwa ekonomi negaranya akan masuk terhadap apa yang diistilahkan sebagai prolonged recession atau resesi yang berkepanjangan.
Selanjutnya: Oleh karena itu, menurut dia, Indonesia...