Dia menjelaskan saat ini petani memang sedang tidak panen, sehingga harga beras pasti naik. Di Indonesia, kata dia, mayoritas petani sedang menanam padi pada November sampai dengan Desember.
Adapun Bank Dunia menyatakan penyebab harga beras yang tinggi di Indonesia, menurut Bank Dunia, adalah dukungan harga pasar bagi produsen pertanian seperti pembatasan perdagangan melalui tarif impor, pembatasan kuantitatif, monopoli impor BUMN untuk komoditas utama. Tingginya harga beras dinilai menjadi salah satu pendorong kenaikan inflasi harga pangan domestik.
Selain itu, Bank Dunia memperkirakan tindakan non-tarif lainnya dan harga pembelian minimum di tingkat petani juga menjadi pendorong tingginya harga beras. Sementara untuk jangka panjang, Bank Dunia menilai ada faktor kurangnya investasi dana penelitian dan pengembangan pertanian, layanan penyuluhan dan pengembangan sumber daya manusia pertanian, telah menahan produktivitas petani.
"Rantai pasokan yang panjang dan biaya distribusi yang tinggi, sebagian karena geografi negara yang kompleks juga menaikkan harga pangan bagi konsumen di negara tersebut," demikian bunyi laporan tersebut, seperti dikutip dari Bisnis pada Rabu, 21 Desember 2022.
Berdasarkan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional pada Jumat, 23 Desember 2022, harga beras sebesar Rp11.450 per kilogram untuk kualitas bawah I. Sedangkan untuk beras kualitas bawah II, harganya Rp 11.550. Sementara beras kualitas medium II seharga Rp12.400 per kilogram dan harga beras kualitas super I seharga Rp13.900 per kilogram.
Baca Juga: Terkini: Sri Mulyani Kenang Prof Subroto yang Flamboyan, Jokowi Sentil BUMN soal Konsesi 20 Tahun
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.