Akibatnya, akan ada tekanan pada pasar keuangan negara berkembang, dari sisi aliran modal asing, termasuk ke Indonesia. Sementara itu, Perry memperkirakan pertumbuhan ekonomi global pada 2023 akan melambat menjadi sebesar 2,6 persen, dari perkiraan pada tahun ini yang mencapai 3 persen.
Akibat kenaikan bunga acuan ini, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) langung mengkaji potensi penyesuaian suku bunga simpanan dan pinjaman. Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rudi As Aturridha menyatakan keputusan BI telah sesuai dengan ekspektasi pasar.
Respons Bank Mandiri atas kenaikan suku bunga
Tak hanya itu, BI juga mempertimbangkan langkah-langkah dalam memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah dan mengelola inflasi. Dalam merespons kebijakan bank sentral, Bank Mandiri akan mengkaji potensi penyesuaian suku bunga simpanan.
Caranya dengan mempertimbangkan kondisi likuiditas pasar, struktur biaya dana, respons dari bank lain, serta dampak terhadap peningkatan suku bunga kredit. “SBDK (Suku Bunga Dasar Kredit) Bank Mandiri akan mengikuti kondisi pasar dengan memerhatikan tingkat suku bunga acuan, kondisi likuiditas bank, dan tingkat kompetisi dengan bank-bank lain,” kata Rudi ketika dihubungi.
Bahkan, menurut dia, sepanjang 2022, SBDK Bank Mandiri cukup kompetitif ketimbang bank-bank Himbara lainnya seperti PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk., dan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.
Adapun Bank Mandiri menetapkan SBDK untuk kredit korporasi sebesar 8 persen efektif per tahun, kredit retail sebesar 8,25 persen, dan kredit mikro sebesar 11,25 persen. Sementara itu, KPR dipatok 7,25 persen dan non-KPR sebesar 8,75 persen.
BISNIS
Baca: Naikkan Suku Bunga Acuan Jadi 5,5 Persen, BI Akan Perkuat Bauran Kebijakan
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.