Ia mencontohkan, tahun lalu, pada puncak harga minyak dunia sebesar 30 persen anggaran negara dialokasikan untuk subsidi bahan bakar minyak dan ditambah untuk pembayaran utang, kata dia, sekitar 40 persen anggaran negara hilang tanpa bekas.
Akibat ketidakefesienan tersebut, meskipun memiliki anggaran yang besar, pertumbuhan ekonomi kita tahun lalu hanya 6 persen. Padahal, jika subsidi tersebut bisa dihemat dan dialokasikan untuk pembangunan, Kalla yakin pertumbuhan ekonomi bisa lebih baik.
Untuk itu, alokasi subdisi harus dibenahi. Ia menginstruksikan untuk mengurangi berbagai keperluan subsidi diantaranya dengan mengubah bahan bakar pembangkit listrik ke batubara yang harganya lebih murah. Kemudian, mengkonversi penggunaan minyak tanah ke Elpiji pada 50 juta rumah tangga. "Nantinya,pada 2010 kita bisa menghemat subsidi Rp 50 triliun dari konversi minyak tanah," katanya.
GUNANTO E.S.