TEMPO.CO, Jakarta - PT Global Digital Niaga Tbk atau Blibli resmi melakukan pencatatan saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini, Selasa, 8 November 2022. Bos Tiket.com George Hendrata—bagian dari Blibli—mengungkap alasan mengapa investor harus membli saham Blibli dengan kode BELI.
“Karena Blibli itu fokus dengan konsumen, customer centric dan kita bangun bisnis modelnya itu sustainable,” ujar dia alam konferensi pers virtual pada Selasa, 8 November 2022.
Selain itu, kata George, Blibli juga memiliki bisnis yang sangat proven, karena business to consumer atau (B2C), online travel dan juga growth tree. Serta memiliki proksi yang baik di luar negeri, perusahaan-perusahaannya besar, profitable, dan sudah Tbk.
George pun mengajak agar investor untuk investasi dan bisa bersar bersama-sama. Karena tujuannya adalah dengan IPO ini, Blibli ingin menjadi lebih besar lagi, bukan jadi besar dulu baru IPO.
“Dengan ini kita yakin bahwa kita akan bisa melayani pelanggan dengan lebih baik lagi dengan proses IPO ini,” kata dia.
Kusumo Martanto, CEO & Co-founder PT Global Digital Niaga Tbk menjelaskan saham perusahaannya diperdagangkan dengan kode saham BELI dan harga perdana Rp 450 per saham. “Blibli mendapatkan respon sangat-sangat positif dari investor baik institusi maupun ritel atau individu,” ujar dia dalam konferensi pers virtual pada Selasa, 8 November 2022.
Kusumo menjelaskan dana yang Blibli galang sebesar Rp 8 triliun dengan kapitalisasi pasar setara dengan Rp 53 triliun. Jumlah saham yang ditawarkan dalam IPO Blibli berhasil dimaksimalkan sepenuhnya hingga mencapai batas atas sebanyak 15,00 persen dari modal ditempatkan dan disetor setelah penawaran umum saham perdana.
Menurut dia, penawaran umum saham perdana ini mendapat dukungan dan minat yang kuat dari berbagai investor domestik dan internasional. Dia menilai, antusiasme investor berhasil mencatatkan tingkat kelebihan permintaan (oversubscription) yang mencapai 4,4 kali lipat pada penjatahan terpusat.
“Sehingga menyebabkan peningkatan jumlah alokasi penjatahan terpusat dari 2,5 persen menjadi 5,0 persen dari keseluruhan jumlah penawaran,” kata Kusumo.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini