Kinerja ekspor bersih, menurut Faisal, juga masih tetap solid karena permintaan eksternal yang terjaga dan sektor pariwisata yang membaik. “Dengan permintaan domestik yang sehat, pertumbuhan ekspor yang kuat, kondisi fiskal yang hati-hati, dan manajemen Covid-19 yang solid, kami mempertahankan perkiraan kami bahwa ekonomi Indonesia berpotensi tumbuh sebesar 5,17 persen pada tahun 2022, meningkat dari 3,69 persen pada tahun 2021,” ucapnya.
Kalangan pengusaha memperkirakan sektor lapangan usaha pertambangan akan menjadi kontributor signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada kuartal III/2022. Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) pun memproyeksikan pertumbuhan ekonomi kuartal III/2022 berada pada kisaran 5,4 persen.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia atau Apindo, Hariyadi Sukamdani, meramalkan pertumbuhan ekonomi masih akan didorong oleh permintaan terhadap batu bara dari Eropa seiring dengan berkurangnya pasokan gas. "Mengacu kepada kondisi tersebut, kontribusi batu bara pada kuartal IV/2022 masih akan tetap bagus," kata Hariyadi saat dihubungi kemarin.
Ia pun optimistis sektor itu juga berkontribusi positif terhadap PDB kuartal III/2022. "Meskipun pasar ekspornya melemah, tapi untuk pasar dalam negeri geliat industri pengolahan masih positif. Apindo memproyeksikan pertumbuhan ekonomi kuartal III/2022 di kisaran 5,4 persen," ucapnya.
Selain itu, menurut Hariyadi, sektor berikutnya yang berkontribusi signifikan dalam struktur PDB nasional adalah pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 12,98 persen, serta perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 12,71 persen.
Wakil Ketua Umum Bidang Perindustrian Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bobby Gafur Umar berpendapat pertumbuhan ekonomi nasional akan sedikit terpengaruh oleh kenaikan suku bunga. "Dengan adanya resesi global dan inflasi, kenaikan suku bunga ini bahaya. Akan ada banyak likuiditas yang tersedot. Jika likuiditas banyak yang tersedot, pasti ekonomi akan slow down," ujarnya.
Namu begitu, menurut dia, ekspor dan investasi bisa mengompensasi adanya penurunan konsumsi rumah tangga yang salah satunya disebabkan oleh kenaikan harga BBM. Terus menanjaknya ekspor dan investasi mengindikasikan adanya geliat industri pengolahan.
Sebelumnya, pada kuartal II tahun 2022, BPS mencatat kontribusi lapangan usaha pertambangan dan penggalian cukup besar, yakni 13,6 persen dari total pertumbuhan ekonomi. Adapun sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor terbesar kedua setelah industri pengolahan dengan kontribusi mencapai 17,48 persen.
BISNIS
Baca juga: Cegah PHK, Pengusaha Minta Importir Tekstil Ilegal Ditindak dan Pasar Ekspor Baru Digenjot
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini