Namun, di luar beban usaha yang meningkat, PLN tetap membukukan kenaikan laba usaha sebesar 48,16 persen yoy menjadi Rp 48,16 triliun. Kenaikan laba usaha ini bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 32,5 triliun.
Usai dikurangi beban keuangan, rugi bersih kurs, dan lain-lain, laba periode berjalan diatribusikan kepada pemilik entitas induk PLN naik 28,62 persen menjadi Rp 15,93 triliun. Padahal pada periode yang sama tahun sebelumnya, laba perusahaan sebesar Rp 12,38 triliun.
Laba bersih sepanjang Januari—September 2022 tersebut lebih rendah daripada laba sepanjang semester I/2022 yang mencapai Rp 17,34 triliun. Hal itu mengindikasikan bahwa PLN membukukan rugi bersih pada kuartal ketiga tahun ini atau selama Juli—September 2022 sebesar Rp 1,41 triliun.
Dari nilai total aset PLN cenderung stabil dengan nilai Rp 1.624,75 triliun per 30 September 2022. Sementara pada akhir tahun lalu, aset perusahaan negara itu berkisar Rp1.613,21 triliun. Pertumbuhan aset tersebut terutama didukung dari jumlah aset lancar yang bertambah Rp 36,75 triliun dari Rp 85,91 triliun menjadi Rp 122,67 triliun.
Bertambahnya aset lancar ini didorong oleh naiknya piutang dari pemerintah yang tadinya hanya Rp 8,3 triliun menjadi Rp 52,67 triliun. Di sisi lain, jumlah liabilitas PLN turun Rp 4,55 triliun menjadi Rp 627,05 triliun pada penutup kuartal III/2022, dibandingkan dengan Rp 631,6 triliun pada penutup tahun 2021.
Adapun penurunan liabilitas PLN tersebut utamanya dipicu oleh turunnya utang usaha ke pihak berelasi menjadi Rp 15,69 triliun per akhir September 2022, dari sebelumnya Rp 20,56 triliun.
BISNIS
Baca juga: Kemenkeu Pastikan Anggaran Kompensasi Energi ke Pertamina dan PLN Cair Sebelum November
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.