TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan PT MRT Jakarta (Perseroda), PT LRT Jakarta, dan PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) bisa disinergikan. Namun, rencana sinergi tiga badan usaha tersebut belum didiskusikan para pemangku kepentingan.
“Kita sangat terbuka, tapi kan kalau kita mencontoh Singapura atau Inggris itu ada satu payung yang tidak terpisah antara pemerintah pusat dan daerah. Itu yang sedang dibicarakan supaya maksimal, ada aset Pemprov dan BUMN yang bersebelahan kenapa enggak disinergikan,” ujar dia di Jakarta Pusat, Jumat malam, 28 Oktober 2022.
Baca: Erick Thohir: Transisi Energi Baru Terbarukan Harus Cermat dan Hati-Hati
Hal itu juga sempat dibicarakan Erick dengan Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono yang mengunjungi Kementerian BUMN pada 19 Oktober 2022 lalu. Salah satunya adalah soal adanya persepsi yang seakan-akan Pemerintah Pusat akan meninggalkan DKI Jakarta karena ingin memindahkan ibu kota baru.
Menurut Erick, Indonesia dengan total penduduk 270 juta orang jika dibandingkan dengan beberapa negara, populasinya mirip dengan Amerika Serikat. Di Negeri Paman Sam itu, minimal harus ada 10 kota besar, artinya harus memeratakan pertumbuhan kota yang besar-besar.
“Nah salah satunya tentu membangun IKN itu. Lalu Jakarta-nya sendiri masa enggak dibangun? Tetap dibangun,” kata Erick. “Salah satu pertemuan dengan Pak Heru juga membahas bisa enggak konsolidasi beberapa aset pemerintah pusat dan pemerintah daerah, misalnya antara MRT, LRT, dan Commuter Line, itu kan bisa disinergikan.”
Erick pun mengatakan bahwa dirinya belum mendiskusikan soal rencana akuisisi PT KCI oleh Pemprov DKI Jakarta. “Belum, belum nanti, belum diskusi. Belum diskusi jadi saya enggak bisa ngomong yang belum diskusi,” ujar dia.
Menurut Erick, hal menyangkut akuisisi atau merger itu semuanya harus dihitung dan digabungkan. Karena, kata dia, begitu digabungkan, nanti bisa berpengaruh pada tarif keretanya. “Mau enggak (tarif keretanya naik)? Itu poinnya,” kata dia.
Menteri BUMN menjelaskan dunia ini sedang menghadapi supply change, sehingga pemerintah tidak bisa bermain hanya dari daya beli masyarakat. Erick mengingatkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia mayoritas berasal dari domestic consumption.
“Kalau kita terus tekan, daya belinya enggak ada, bahaya dong, itu yang harus dihitung,” ucap Erick.
KHORY ALFARIZI | LANI DIANA WIJAYA
Baca: Erick Thohir Beberkan Alasan Garuda Indonesia Belum Bergabung dengan InJourney
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini