Selain itu, ia meminta pemerintah perlu mengakselerasi belanja negara dari. Per September, belanja pemerintah baru terserap Rp 1.361,2 triliun dari target Rp 2.301,6 triliun.
"Harapan dunia usaha, terjadi akselerasi belanja pemerintah untuk memberikan daya ungkit maksimal pada kuartal terakhir 2022 ini dan pencapaian investasi sesuai target," ujarnya.
Sebelumnya, Ketua Umum Apindo Hariyadi Sukamdani mengatakan nilai suku bunga saat ini sudah di ambang cukup bagi pengusaha. Apabila lebih dari 4,25 persen, dikhawatirkan akan berdampak pada kinerja usaha yang saat ini sudah tertekan akibat permintaan ekspor yang menurun.
“Kita berharapnya tidak naik lagi, ini sudah cukup. Nanti biaya modalnya naik juga, situasinya lagi nggak bagus juga, ekspor lagi drop,” kata Hariyadi.
Naiknya suku bunga acuan itu besar kemungkinan akan ditransmisikan oleh pelaku perbankan dalam bentuk penyesuaian bunga simpanan maupun bunga kredit. Hal itu lah yang dikhawatiran pengusaha, karena kenaikan suku bunga acuan akan menyebabkan suku bunga di perbankan ikut terkerek naik di tengah kondisi perdagangan yang tidak baik.
Hariyadi menyampaikan saat ini pasar ekspor sedang menurun, salah satunya untuk produk tekstil dan sepatu yang pemesanannya turun hingga 50 persen akibat kondisi ekonomi global.
“Kalau bisa ya jangan ada kenaikan lagi dari BI. Kemarin kami masih support, naik gapapa di 4,25 (persen). Sekarang situasi market-nya, terutama ekspor lagi nggak bagus, yang bagus hanya sektor tertentu seperti minyak sawit dan batu bara,” tuturnya.
ARRIJAL RACHMAN | BISNIS
Baca juga: Sri Mulyani: Risiko Sudah Beralih dari Pandemi ke Gejolak Ekonomi dan Keuangan
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.