INFO BISNIS - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo berharap petani milenial lebih kreatif dan inovatif dalam menghadapi ancaman krisis pangan. Kondisi dunia saat ini membutuhkan tangan-tangan kreatif anak muda dalam memperkuat ketahanan pangan nasional. Apalagi Indonesia sebagai negara besar memiliki tanah yang subur dan bisa ditanami apa saja yang dibutuhkan masyarakat dunia.
"Petani milenial itu harus kreatif dan aktif, jangan mau kalah sama petani kolonial. Yang namanya petani milenial itu punya pergaulan dan bergaul dengan orang-orang baik. Yang saya senang dari petani milenial itu tidak mau kalah. Inilah saatnya kita gas pol," ujar Mentan.
Ia melanjutkan, kehadiran anak muda harus memperkokoh harapan rakyat dan memperkuat kesiapan dalam menghadapi tantangan global. Indonesia bahkan harus bisa keluar dari zona merah dunia dan cengkraman krisis lainya yang datang silih berganti.
Sementara itu, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi mengatakan, Sarasehan Petani Milenial di Hotel Claro, Makassar, Jumat, 7 Oktober 2022, diikuti lebih dari 600 peserta dari berbagai daerah. Acara ini meliputi pengenalan seluruh program unggulan Kementan yang inovatif dan kolaboratif dalam menumbuhkan wirausaha muda pertanian.
"Melalui kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan peran aktif petani milenial, P4S, petani dan penyuluh dalam peningkatan produksi dan daya saing produk pertanian, pengembangan ekosistem kewirausahaan pertanian, membangun jejaring petani milenial antar wilayah, serta sebagai upaya antisipasi krisis pangan," ujarnya.
Menurutnya di tengah sejumlah ancaman yang membayangi pertanian, peran petani milenial dan P4S dinilai sangat penting. Oleh sebab itu, Kementan menggenjot potensi P4S sebagai pembaharu pertanian di perdesaan.
Selain itu peran P4S dan Petani Milenial menjadi sangat penting bila dikaitkan dengan tiga tantangan dan ancaman utama sektor pertanian saat ini, yaitu pasca pandemi Covid-19, perubahan iklim, dan tekanan geopolitik Rusia-Ukraina.
“Akibat dampak dari covid 19, perubahan iklim atau climate change serta perang Rusia dan Ukraina mengakibatkan menurunya produksi dan produktivitas pangan global secara signifikan. Sedangkan permintaan bahan pangan terus meningkat mengakibatkan harga komoditas pangan melejit”, ujarnya.
“Ketidakpastian ini perlu disikapi dengan upaya peningkatan produksi dan produktivitas pada subsektor budidaya dengan menerapkan konsep efisiensi dan konservasi lingkungan.”
Menurutnya ada tiga jurus jitu mengatasinya. “Yang pertama Kendalikan inflasi terutama pada komoditas pertanian. Kendalikan produksi, olahan dan distribusinya. Yang kedua lakukan substitusi pangan impor ke pangan lokal mengingat harga pangan impor semakin tinggi. Dan yang ketiga Genjot ekspor,” tutur Dedi.
Sebanyak 60 orang pengelola P4S di wilayah Program READSI dari empat provinsi yaitu Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara dan Gorontalo yang sedang mengikuti Pelatihan Manajemen bagi Pengelola P4S selama 5 hari di Balai Besar Pelatihan Pertanian Batangkaluku. Mereka juga hadir dalam acara pertemuan Petani milenial Sarasehan 2 untuk berkolaborasi.
Sarasehan Petani Milenial 2022 berlangsung selama tiga hari diisi berbagai rangkaian kegiatan. Adapun tujuan dari penyelenggaraan Sarasehan Petani Milenial 2 tahun 2022 untuk menumbuhkan peran aktif petani milenial, petani dan penyuluh dalam peningkatan produksi dan daya saing produk pertanian, pengembangan ekosistem kewirausahaan pertanian, membangun jejaring petani milenial antar wilayah, serta sebagai upaya mengantisipasi krisis pangan. (*)