TEMPO.CO, Jakarta - Pakar keamanan siber Vaksincom, Alfons Tanujaya, menyebut penggunaan teknologi face recognition (FR) boarding gate yang digunakan oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI bisa mengurangi antrean dengan biaya investasi lebih murah. Namun seperti data base lainnya, FR termasuk data biometrik yang perlu dikelola dan diamankan dengan baik.
Alfons pun mewanti-wanti kehati-hatian dalam penggunaannya. “Karena kalau jatuh ke tangan yang salah, eksploitasi FR ini dapat merugikan pemilik data biometrik,” ujar Alfons dalam keterangannya, Jumat, 7 September 2022.
Alfons menyebut FR mempermudah pengguna dan memberikan data base yang lebih andal kepada penyedia layanan. Implementasi data base FR yang baik juga dapat mencegah aksi kejahatan. Misalnya, jika ada pencopet atau pelaku pelecehan seksual yang telah teridentifikasi, dapat diawasi secara khusus atau dicegah menggunakan layanan.
Selain itu, lanjut Alfons, proses pendaftaran identifikasi FR dapat mencegah penyalahgunaan data kependudukan yang bocor. “Proses pendaftaran FR hanya perlu dilakukan satu kali. Jadi, kalau ada yang menggunakan KTP palsu, tidak akan bisa mendaftarkan dirinya karena proses pendaftaran harus menggunakan pemindaian chip e-KTP dan sidik jari,” ujar Alfons.
Namun, Alfons menekankan data biometrik merupakan data pribadi dan pemiliknya dilindungi oleh Undang-Undang Pelindungan Data Pribadi. Karena itu, pengelolaannya harus mengikuti standar penyimpanan dan pengamanan yang baik. Penyimpanan data biometrik, kata dia, harus dilindungi sedemikian rupa.
“Sehingga sekalipun bocor, data tersebut tidak bisa dibuka karena adanya metode enkripsi yang baik,” ujar Alfons.
Belajar dari kebocoran data yang banyak terjadi di Indonesia—terutama pada lembaga publik—Alfons pun berharap ada perhatian ekstra dalam pengamanan data biometrik FR ini. “Semoga PT KAI dapat menjaga amanah data biometrik FR yang dikumpulkan, sehingga dapat memberikan manfaat bagi pengguna layanannya,” kata dia.
Sebelumnya, PT KAI mulai melakukan uji coba penggunaan fasilitas face recognition boarding gate di Stasiun Bandung sejak Rabu, 28 September 2022. Penggunaan fasilitas ini memudahkan pelanggan KAI yang ingin naik kereta api jarak jauh lantaran tidak lagi perlu menunjukan dokumen, seperti boarding pass fisik, e-boarding pass, KTP, dan dokumen vaksinasi.
KAI menargetkan layanan ini dapat diterapkan di seluruh stasiun KA jarak jauh mulai awal 2023. “Uji coba face recognition boarding gate di Stasiun Bandung ini dalam rangka memastikan dan menyempurnakan layanan inovatif terbaru dari KAI,” ujar Vice President Public Relations KAI Joni Martinus dalam keterangannya, Jumat, 30 September 2022.
Untuk bisa menggunakan fasilitas ini, pelanggan harus melakukan satu kali registrasi di awal yang berlaku untuk selamanya. “Registrasi dilakukan dengan menempelkan e-KTP pada alat e-KTP reader, kemudian menempelkan jari telunjuk kanan atau kiri pada pemindai yang ada di e-KTP reader,” kata Joni.
Layanan ini sudah tersedia di Hall Utara Stasiun Bandung. Sementara itu, registrasi dapat dilakukan di customer service, vending machine, atau check in counter yang telah dilengkapi e-KTP reader. Jika pelanggan tidak dapat melakukan registrasi karena tidak memiliki e-KTP atau e-KTP rusak, KAI masih menyediakan layanan boarding pass manual di Stasiun Bandung.
Ke depan, lanjut Joni, KAI akan mengembangkan registrasi online melalui aplikasi KAI Access. Ihwal keamanan data, Joni mengatakan masyarakat tidak perlu khawatir. “KAI telah memiliki manajemen keamanan informasi yang baik dan secara rutin terus meningkatkan keamanan data yang dikelola oleh perusahaan,” ucapnya.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.