INA Diminta Terlibat
Pada 24 Agustus, Jokowi juga mengumpulkan para menterinya di Istana Kepresidenan, Jakarta, untuk membahas sejumlah isu, salah satunya soal kelanjutan Blok Masela. Kala itu, Jokowi telah memerintah anak buahnya segera mencari investor baru untuk Blok Masela.
"Termasuk pertimbangkan INA untuk masuk," kata Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto melaporkan arahan Jokowi, selepas rapat.
Lalu pada 2 September 2022, Jokowi kembal bicara soal Blok Masela saat berkunjung ke Kepulauan Tanimbar, Maluku. Jokowi pun menjelaskan lagi kalau Blok Masela bisa jalan, keuntungan besar akan didapat oleh Kepulauan Tanimbar.
Baik untuk perputaran uang maupun untuk Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kepulauan Tanimbar maupun Provinsi Maluku. "Blok Masela itu terus kami dorong," kata Jokowi.
Konsorsium INA - Pertamina
Pada 5 September, Jokowi kembali mengumpulkan menterinya untuk membahas Blok Masela di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat. Lalu tiga hari kemudian, 8 September, Bahlil mengatakan pemerintah telah mematangkan skema pencaplokan saham Shell.
Pencaplokan saham Shell itu akan dilakukan dengan cara membuat konsorsium antara INA dengan Pertamina. "Kemarin kita juga baru selesai ratas dengan Pak Presiden dan Pak Menteri BUMN, nanti ada blending antara INA, kemudian Pertamina," ujar Bahlil di Komisi VI, Gedung DPR, Jakarta, Kamis, 8 September 2022.
"Mungkin ada perusahaan-perusahaan lain yang dijajaki Pak Menteri BUMN untuk membikin satu konsorsium untuk mengambil alih saham 35 persen tersebut," kata Bahlil.
Menurut Bahlil, Blok Masela ini akan terus diperjuangan oleh pemerintah karena sudah menjadi prioritasnya. Jokowi, kata dia, juga telah meminta Inpex Masela sebagai pemegang hak partisipasi 65 persen, untuk terus menjalankan proyek ini.
"Bahwa program gas di Maluku itu jadi salah satu priotas bapak presiden dan Inpex sebagai pemilik saham mayoritas tetap harus diminta untuk cepat melakukan proses ini. Problem-nya adalah kemarin Shell keluar," ujar Bahlil.
Jokowi, kata dia, sudah meninjau langsung lokasi proyek itu. Dari hasil pengamatannya, sebetulnya wilayah proyek itu yang terletak di wilayah Saumlaki sudah sangat menunjang, mulai dari jalan yang mulus hingga keberadaan bandara yang memadai, yaitu bandara Bandar Udara Mathilda Batlayeri.
"Jalannya lebih mulus dari tempat lain dan airport-nya juga sudah sangat bagus, jadi kemungkinan besar perdebatan apakah di Saumlaki atau di tempat lain pak presiden menyamapaian di Saumlaki lebih memenuhi syarat dan lebih efisien," kata Bahlil.
Tapi sampai kemarin, Bahlil belum berani memastikan kapan tanggal pasti konsorsium ini akan terbentuk. Ia hanya menjanjikan kalau pemerintah akan bekerja lebih cepat, termasuk Jokowi yang ingin proyek Blok Masela ini bisa segera dimulai.