TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno memastikan dampak kenaikan harga tiket pesawat terhadap sektor pariwisata yang telah terjadi sejak Agustus 2022 tidak akan separah 2019. Tiga tahun lalu, kenaikan harga tiket pesawat yang mencapai 120 persen itu telah menggerus kunjungan pariwisata domestik sekitar 40 persen.
"Belajar dari 2019, mahalnya tiket pesawat visa menurunkan wisnus sampai 40 persen," kata Sandiaga saat wawancara dengan Tempo di kantornya, Selasa, 6 September 2022.
Adapun kenaikan harga tiket pesawat yang terjadi pada tahun ini, kata Sandiaga, tidak akan menekan keinginan wisnus untuk berpergian. Dia memperkirakan dampak kenaikan tiket pesawat tahun ini hanya akan menurunkan jumlah wisatawan Nusantara alias wisnus di bawah 20 persen.
"Tahun ini kita melakukan modeling, berdasarkan data yang kita miliki, target penurunan karena peningkatan harga ini mudah-mudahan bisa ditahan di angka 20 persen," ucap dia.
Sandiaga mengatakan, ada sejumlah faktor yang bisa menjaga tren kunjungan wisnus ke destinasi wisata tahun ini. Misalnya, dorongan Kementerian Pariwisata terhadap para pelaku di industri wisata untuk menerapkan sistem paket atau bundling.
"Saya kemarin solusinya dengan sistem bundling dan cross subsidi. Jadi mungkin harga tiketnya naik, tapi paket wisatanya dibuat lebih terjangkau dan kita kerja sama dengan Asita, PHRI, teman-teman lainnya," ucap Sandiaga.
Selain itu, Sandiaga mengatakan, saat ini wisnus cenderung melakukan perjalanannya ke destinasi-destinasi wisata dengan kendaraan darat dan angkutan penyeberangan. Dengan begitu, tekanan kenakan harga tiket pesawat terhadap pariwisata bisa dikurangi.
"Terutama untuk wisata yang bisa dicapai dengan kendaraan darat ya. Jadi wisata-wisata di Jawa, Sumatera. Kalau Indonesia bagian timur yang gunakan transportasi udara mayoritas pasti akan terdampak dengan meningkatnya tiket pesawat," ucap dia.
Di sisi lain, dia melanjutkan, harga bahan bakar pesawat, yaitu Avtur, yang selama ini turut berkontribusi banyak terhada pembentukan harga tiket juga besarannya sudah semakin turun. Harga avtur turun seiring dengan melemahnya harga minyak dunia. Pada akhir Agustus lalu, dia mengatakan, tiket pesawat telah turun 15 persen.
Sebelumnya, Kementerian BUMN mendorong maskapai penerbangan untuk menerapkan diskon tiket pesawat atau menjualnya dengan harga murah pada Senin sampai Kamis di siang hari. Permintaan itu menyusul tingginya harga tiket pesawat karena melonjaknya harga bahan bakar angkutan udara atau avtur.
"Kami akan pasang di media agar masyarakat mengakses tiket pesawat pada jam-jam dan hari yang belum penuh. Hari-hari tertentu seperti Senin atau Kamis, itu kan tidak terlalu ramai," ujar Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo alias Tiko dikutip dari Bisnis pada Ahad, 28 Agustus 2022.
Tiko mengatakan jumlah pesawat mengalami penurunan drastis karena pandemi Covid-19. Selama pagebluk, pesawat-pesawat milik maskapai penerbangan dikandangkan atau dikembalikan kepada lessor. Kelangkaan jumlah pesawat ini menjadi penyebab harga tiket melambung selain karena avtur.
Menurut Tiko, upaya menambah jumlah pesawat adalah salah satu langkah untuk menstabilkan tarif tiket pesawat. Namun, cara itu membutuhkan waktu yang cukup panjang. Dengan kondisi tersebut, saat ini upaya yang paling dapat direalisasikan sesegera mungkin adalah menurunkan tiket pada jam di luar periode sibuk.
Baca juga: Bahlil Lahadalia Tawarkan 5 Destinasi Super Prioritas ke Investor
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.