Zulhas sebelumnya menyebutkan bansos sebagai pemicu kenaikan harga telur, Rabu, 24 Agustus 2022. Ia bercerita, saat diangkat Jokowi menjadi Menteri Perdagangan per 15 Juni 2022, harga telur sebenarnya sudah berada di level Rp 32 ribu, lalu harganya turun sampai Rp 25 ribu - 26 ribu per kilogram.
Pola yang sama, kata Zulkifli, juga terjadi pada harga ayam. Harga ayam dari semula Rp 52 ribu turun menjadi Rp 24 ribu per ekor. Akibatnya, peternak dan peternakan ayam skala besar merugi.
Para pengusaha akhirnya melakukan afkir dini alias memotong ayam petelur lebih cepat. Dengan begitu, jumlah pasokan ayam di pasaran berkurang dan harga bisa naik. Kondisi ini terjadi bersamaan dengan Risma yang merapel bantuan berupa kartu sembako dalam tiga bulan sekaligus.
Telur jadi komoditas yang dibeli di pasaran, sehingga jumlahnya di pasaran pun berkurang. "Jadi satu ada afkir dini, dan Kemensos yang bantuan tiga bulan dirapel, telur banyaknya (isi bansos), jadi (harga) naik," kata Zulhas.
Setelah Zulhas menyinggung bansos, giliran Risma yang bersuara. Ia menegaskan kalau Kementerian Sosial menyalurkan BPNT senilai Rp 200 ribu per bulan per keluarga manfaat dalam bentuk uang tunai, bukan telur.
"Yang jelas saya enggak bantu telur, karena enggak mungkin. Gimana cara baginya orang jutaan jumlahnya. Kita bagi, pecah sampai sana. Kita bantu uang, ya," kata dia dikutip dari Antara.
Risma menyebutkan, keluarga penerima manfaat bisa menggunakan bantuan dana tersebut untuk membeli bahan pangan pokok, termasuk membeli telur. "Enggak ada kita menyiapkan (telur). Bagaimana caranya sekian juta orang kali... Taruh lah satu orang satu kilo saja, 10 juta kilo. Bagaimana dengan 18 juta orang?" kata dia.
Baca: Kajian Cepat Ombudsman: Rencana Kenaikan Harga BBM Subsidi Tidak Tepat
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.