Ditambah lagi, kata Chairul, para pegawai di Ditjen Pajak yang dulu disebut-sebut enggan membuat aturan sejelas mungkin. "Maunya abu-abu terus aturan itu. Karena saya ikut terlibat betul, begitu mau dihitamputihkan, wahh.. against. Kenapa? Kalau abu-abu, peluang makin banyak," ujar Chairul Tanjung.
Dalam kesempatan itu, Chairul Tanjung juga berpesan kepada Sri Mulyani agar pajak yang dikumpulkan dari orang-orang kaya tak diberikan lagi ke orang kaya lagi. Sebab, pajak bukan hanya berfungsi sebagai instrumen fiskal, namun juga instrumen keadilan untuk masyarakat. "Tolong betul-betul diperhatikan. Hasil yang dikumpulan ini dari orang kaya, tolong jangan dikasih ke orang kaya lagi," katanya.
Selain meminta agar hasil pajak yang dikumpulkan tak kembali diberikan kepada orang kaya, mantan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian juga meminta kepada bendahara negara itu agar hasil pajak tersebut lebih banyak diberikan kepada masyarakat miskin. Jika subsidinya dalam bentuk barang, ia khawatir, hasil pajak akan masuk kembali ke orang kaya.
Padahal, menurut CT, subsidi dari pemerintah sudah sepatutnya diterima oleh masyarakat miskin. "Tolong Bu Ani (Sri Mulyani). Saya tahu Bu Ani nyenggol Presiden (Joko Widodo) terus, tapi Presiden belum gerak nih."
CT mengaku ikhlas membayar kewajiban apabila hasil pajak yang terkumpul lebih banyak diberikan kepada masyarakat yang tidak mampu. Ia mengakui bahwa dirinya membayar pajak tak hanya sekedar menaati peraturan perundang-undangan, namun ada unsur melaksanakan ibadah.
"Kenapa? Karena kita bayar pajak itu niatnya bukan cuma (taat) terhadap peraturan Undang-undang, tetapi ada unsur sedekahnya, zakatnya. Ini juga menjadi perhatian yang kita harapkan," kata Chairul Tanjung.
BISNIS
Baca: Facebook dan Netflix Masuk Daftar PSE Kominfo, Bagaimana Google, Twitter dan WhatsApp?
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.