Sementara itu, ekonom utama Bank Mandiri, Andri Asmoro mengatakan penerbitan mata uang digital oleh bank sentral adalah inisiatif yang patut didukung. Ia sepakat dengan Kharim, bahwa kehadiran CBDC akan menjadi gamechanger aktivitas ekonomi. "Terutama dalam ekosistem cashless, transaksi akan lebih cepat, murah, dan praktis. Manfaatnya banyak, baik bagi kalangan bisnis sampai tingkat rumah tangga," ujarnya.
Penerapan mata uang digital pun, menurut Andri, akan menjadi solusi bagi banyak negara yang masih kesulitan meningkatkan akses layanan finansial warganya. "Keberadaan CBDC penting bagi negara yang masyarakatnya masih banyak yang unbankable."
Teknologi yang digunakan dalam CBDC (digital ledger) juga bakal menurunkan risiko hilangnya dana masyarakat yang disimpan di bank jika perusahaan bank kolaps. "Teknologi ledger memungkinkan pergerakan uang milik masyarakat jadi terlacak. Lebih aman juga karena bisa meminimalisir aksi fraud (penipuan) dan kejahatan lain."
Namun, Andri menyoroti sejumlah tantangan besar yang dihadapi sebelum mata uang digital ini diluncurkan. Hal pertama ialah harus adanya aturan perlindungan data dan privasi konsumen yang kuat. Berikutnya, bank sentral harus menjalankan komunikasi intensif dan terus-meneur dengan para pelaku industri sektor finansial dan stakeholder lainnya. "Bank Indonesia juga harus memberikan timeline yang jelas."
Andri memproyeksikan, diperlukan waktu sekitar 6-7 tahun untuk penyusunan konsep mata uang digital ini sampai tahap implementasi finalnya. "Cara bank sentral mengkomunikasikan rencana itu kepada pelaku pasar dan industri akan membangun kepercayaan terhadap bank sentral sendiri."
PRAGA UTAMA (NUSA DUA)
Baca: Cahaya Bintang Medan Gugat BCA Rp 54,83 Miliar, Begini Duduk Persoalannya
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.