TEMPO.CO, Jakarta - Harga acuan minyak dunia tersungkur rata-rata 9 persen pada perdagangan Selasa atau Rabu pagi WIB. Patokan global harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September terperosok US$ 10,73 atau 9,5 persen menjadi US$ 102,77 per barel.
Sedangkan harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Agustus merosot US$ 8,93 atau 8,2 persen menjadi US$ 99,50 per barel. "(Karena) Ketakutan akan resesi," kata Direktur Energi Berjangka Mizuho Robert Yawger seperti dikutip Antara, Rabu, 6 Juli 2022.
Kedua harga acuan mencatat penurunan persentase harian terbesar sejak 9 Maret. Harga minyak berjangka anjlok bersamaan dengan harga gas alam, bensin, dan ekuitas yang sering menjadi indikator permintaan minyak mentah. Harga gas alam Amerika jatuh 4,7 persen, minyak pemanas turun sekitar 8,0 persen, dan bensin untuk pengiriman di New York Harbor melemah 10,5 persen.
Kondisi ini membuat harga saham di sektor minyak dan gas atau migas loyo. Indeks Down Jones Industrial Average tergelincir sekitar satu persen, disusul S&P 500 turun kurang dari satu persen.
"Pasar komoditas bisa sangat tak kenal ampun ketika (ekonomi) mengalami resesi dan pasokan melebihi permintaan," kata Presiden Konsultan Lipow Oil Associates, Andy Lipow.
Penurunan harga acuan minyak dunia terjadi di tengah meningkatnya kekhawatiran investor terhadap resesi global dan penguncian di Cina serta penguatan greenback dapat memangkas permintaan. Uji massal Covid-19 di Cina menebar kekhawatiran akan potensi lockdown yang berpotensi mengurangi konsumsi minyak.
Pemerintah setempat menyebut Shanghai akan memulai putaran baru uji massal Covid-19 terhadap 25 juta penduduknya dalam periode tiga hari. "Kami melihat beberapa likuidasi panik. Banyak kegugupan," kata Wakil Presiden Senior untuk perdagangan BOK Financial, Dennis Kissler.
ANTARA
Baca juga: Menahan Gejolak Pelemahan Rupiah
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini