Adapun upaya lainnya untuk menjadikan subsidi dan kompensasi energi tepat sasaran PLN melakukan penyesuaian tarif. Kebijakan penyesuaian tarif dimulai hari ini untuk rumah tangga mampu di atas 3.500 VA dan pelanggan pemerintah. Sementara itu untuk pelanggan rumah tangga yang lainnya masih tetap ada keberpihakan Pemerintah.
"Sehingga anggaran APBN ke depan dapat terus dialokasikan untuk program-program yang lebih luas asas kemanfaatannya dan berkeadilan sosial," kata Darmawan.
Sepanjang tahun 2021, menurut Darmawan PLN telah melakukan usaha luar biasa untuk menjaga stabilitas kondisi keuangan PLN akibat oversupply dengan melakukan upaya efisiensi. Langkah efisiensi dari sisi Opex maupun Capex serta pengendalian BPP dan Non Allowable Cost melalui penerapan Cash War Room dan Spend Control Tower.
Ia berujar tujuannya agar langkah cost avoidance dan cost reduction termonitor dengan ketat, digitalisasi dan integrasi proses bisnis end to end. PLN juga melakukan sentralisasi pembayaran berbasis digital, sehingga cash bisa dioptimasi.
"Kami mengakui PLN menghadapi kondisi oversupply. Di sini sambil memberi kesempatan PLN untuk meningaktan demandnya," kata dia.
Darmawan mengatakan dengan adanya upaya efisiensi ini, likuiditas PLN dapat membaik. Ia mengklaim sampai saat ini PLN belum perlu melakukan penarikan pinjaman Global Bond dan tetap dapat melakukan pembayaran kewajiban-kewajiban secara tepat waktu, baik pembayaran pinjaman maupun pembayaran kepada pihak ketiga.
Ia mengaku telah melakukan konsolidasi para pengembang IPP. Pembangkit-pembangkit IPP yang seharusnya Commercial Operation Date (COD) jatuh pada tahun 2021 dan 2022.
"Kami lakukan renegosiasi untuk penundaan jadwal COD. Dengan langkah ini, maka beban TOP tahun 2021 dan 2022 terhindarkan dan ada cost saving yang kapitalisasinya sebesar Rp 45 triliun bagi PLN," ujar Darmawan.
Baca Juga: Tjahjo Kumolo Meninggal, Dirut PLN: Beliau Betul-betul Aset Bangsa Ini