Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sebelumnya memprediksi tingkat inflasi hingga akhir tahun 2022 ini akan berada di 4,5 persen. Laju inflasi tersebut dipengaruhi oleh lonjakan harga komoditas global akibat disrupsi rantai pasok global dan perang antara Rusia dan Ukraina.
Perkiraan tersebut melampaui proyeksi inflasi yang disampaikan pemerintah sebelumnya di kisaran 2 hingga 4 persen. “Inflasi sedikit mengalami tekanan di semester II/2022 di kisaran 3,5 hingga 4,5 persen persen. Keseluruhan tahun (inflasi diperkirakan) di kisaran 3,5 hingga 4,5 persen,” tutur Sri Mulyani.
Bendahara negara itu memperkirakan tekanan dari tingginya harga komoditas masih akan berlanjut di semester II pada tahun 2022. Dengan begitu, inflasi akan terdorong sedikit lebih tinggi dari batas atas sasaran.
Walau demikian, kata Sri Mulyani, peran dari APBN sebagai shock absorber diharapkan dapat mendukung terjaganya daya beli masyarakat dan terkendalinya laju inflasi.
Kepala BPS Margo Yuwono sebelumnya dalam konferensi pers menyebutkan inflasi Juni 2022 mencapai 4,35 persen secara tahunan atau melampaui level tertinggi sejak Juni 2017 yang sebesar 4,37 persen. Adapun komoditas penyumbang utama inflasi pada periode tersebut adalah minyak goreng, cabai merah, dan rokok kretek filter.
BISNIS
Baca: Bantah Lakukan PHK, Produsen Sepatu Nike Sebut Berhentikan 297 Karyawan karena ..
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.