Ia juga menyarankan agar calon jemaah haji mulai menentukan pos-pos pengeluaran yang masih bisa dihemat, misalnya pos hiburan. "Kurangi biaya atau frekuensi makan di luar rumah serta lebih selektif dan irit dalam melakukan pembelanjaan," ujarnya.
Karena masa tunggu yang cukup panjang pada haji regular dan haji khusus, Dimas mengimbau agar investor tidak membiarkan uang 'tidur' di rekening tabungan dan tergerus inflasi.
Salah satu alternatif yang dapat dipilih untuk menyimpan dan mengembangkan pos dana haji adalah reksa dana. Calon haji dapat mendiversifikasi pada beragam jenis reksa dana, mulai dari reksa dana pasar uang yang memiliki risiko relatif rendah, reksa dana pendapatan tetap dengan risiko yang sedang, hingga reksa dana saham yang memiliki risiko tinggi.
Bila waktu persiapan yang dimiliki cukup singkat, sekitar 1-2 tahun, menurut dia, calon jemaah haji bisa menyimpan dana di instrumen dengan risiko yang relatif rendah. "Jika masih sangat panjang, di atas 10 tahun, silakan perbanyak porsi di reksa dana saham," katanya.
Lebih jauh Dimas menyebutkan ibadah haji juga memerlukan kondisi fisik yang prima. Persiapan keuangan yang baik, menurut dia, memungkinkan calon haji berangkat selagi fisik masih sehat dan prima.
"Saat kita mendapatkan kesempatan berangkat yang lebih cepat dari waktu perkiraan, saat itu pula kita sudah memiliki dana untuk pelunasan biaya haji," kata Dimas.
BISNIS
Baca: Bitcoin Anjlok hingga di Bawah Rp 274 Juta, Apa Saja Pemicunya?
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini