TEMPO.CO, Jakarta - PT Pertamina (Persero) mencatat lana bersih sebesar Rp 29,3 triliun sepanjang 2021 setelah melakukan transformasi bisnis, menkngkatkan efisiensi dan produksi, serta melakukan pembangunan infrastruktur migas serta proyek kilang Refinery Development Master Plan (RDMP).
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan pada 2021 Pertamina sukses melakukan transformasi dengan membentuk Holding Migas dengan 6 Subholding, yakni Subholding Upstream, Subholding Refining and Petrochemical, Subholding Commercial and Trading, Subholding Gas, Subholding Integrated Marine Logistics dan Subholding New and Renewable Energy.
“Transformasi ini merupakan langkah strategis untuk beradaptasi dengan perubahan bisnis ke depan, bergerak lebih lincah dan lebih cepat, serta fokus untuk pengembangan bisnis yang lebih luas dan agresif,” kata Nicke dalam laporan persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) di Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat, 10 Juni 2022, dalam keterangan resmi.
Transformasi ini menghasilkan laba bersih konsolidasian (Audited) 2021 sebesar USD 2,046 miliar atau sekitar Rp 29,3 triliun. Angka ini naik hampir dua kali lipat dibanding laba bersih pada 2020 sebesar Rp 15,3 triliun. Capaian ini juga tercatat 154 persen melampaui target RKAP 2021. Kinerja keuangan positif Pertamina juga ditunjukkan dengan EBITDA sebesar USD 9,2 Miliar.
“Ini menunjukkan keuangan Pertamina dalam kondisi sehat (AA), aman dan mampu bertahan di tengah tantangan disrupsi dan geopolitik yang mempengaruhi industri migas dan energi secara global,” tutur Nicke.
Laba bersih Pertamina ini merupakan laba konsolidasian dari seluruh anak usaha dari hulu, pengolahan, hingga hilir. Sebagian besar laba dikontribusikan dari pendapatan sektor hulu yang ikut melonjak (windfall) karena naiknya harga Indonesia Crude Price (ICP).
Adapun sektor hilir hingga saat ini masih tertekan dengan tingginya biaya produksi BBM yang komponennya terbesarnya adalah minyak mentah.
Pada 2021, produksi hulu migas meningkat dari tahun sebelumnya, yakni dari 863 ribu barel setara minyak per hari (MBOEPD) di 2020 menjadi 897 MBOEPD pada 2021, sehingga Pertamina memberikan kontribusi lebih dari 60 persen pada produksi migas nasional.
Tak Lagi Impor BBM