TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat dari Jaringan Penerbangan Indonesia Gerry Soejatman merespons rencana Erick Thohir soal pemanfaatan aset Merpati untuk Garuda Indonesia dan Pelita Air.
Jika ingin ada pengambilalihan aset, menurut dia, maka perlu diperjelas dahulu apa saja manfaatnya bagi kedua maskapai tersebut.
"Garuda lagi sekarat dalam restructuring jangan malah dibebankan dengan pemanfaatan aset Merpati," ucap Gerry ketika dihubungi, Rabu, 8 Juni 2022.
Menurut Gerry, sebaiknya unit-unit usaha Merpati yang tersisa dan masih berjalan seperti Merpati Training Center, Merpati Pilot School, dan Merpati Maintenance Facility diperjelas dahulu statusnya setelah Merpati dipailitkan.
Ia mengatakan aset-aset yang dimiliki oleh Merpati Air pun tidak akan menutupi kewajiban hutang dan kewajibannya terhadap karyawannya. "Namun dengan dipailitkan, paling tidak kewajiban tersebut bisa diselesaikan," ujar Gerry.
Menurut Gerry, sebelum berfokus pada aset sebaiknya dipastikan terlebih dahulu status pemutusan hubungan kerja (PHK) atau pesangon eks karyawan Merpati Air. Sehingga statusnya bisa jelas dan hak-haknya dapat dilindungi.
Erick Thohir sebelumnya menuturkan pailitnya Merpati Air bukan hal yang mengejutkan. Pasalnya, perusahaan tersebut memang sudah termasuk ke dalam tujuh perusahaan BUMN yang ditargetkan ditutup.
Penutupan Merpati Air memang layak karena sudah tidak beroperasi sejak lama. "Kan daripada kita zalim terhadap pekerja yang terkatung-katung, nah lebih baik diselesaikan," tutur Erick.
Adapun perihal pengalihan aset, menurutnya fasilitas maintenance yang dimiliki Merpati Air dapat dimanfaatkan oleh maskapai plat merah lain seperti Garuda Indonesia atau Pelita Air. Ia mengatakan proses sinergi aset itu juga sudah ditugaskan melalui PT Danareksa (Persero) dan PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA).
Baca: Luhut Teken Surat, Audit Perusahaan Sawit Resmi Dimulai
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.