Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi mengatakan selain terimpit kondisi pandemi Covid-19, banyak startup berguguran karena persaingan yang ketat. Walhasil untuk meraih pengguna, perusahaan-perusahaan rintisan pun banyak membakar uang.
“Sementara, pendanaan kian ke sini juga kian sulit,” ucap Heru.
Sulitnya memperoleh pendanaan umumnya dialami oleh perusahaan layanan yang sudah melewati fase pertumbuhannya, seperti e-commerce, perusahaan pembayaran digital, dan perusahaan travel serta edukasi.
Perusahaan-perusahaan tersebut digantikan dengan arah baru startup yang mengusung kecerdasan buatan, big data analytic, internet of things, dan metaverse.
Bagaimana cara startup bertahan?
“Sehingga bagi startup generasi satu yang kekurangan modal saat ini, perlu efisiensi, masuk ke bursa, mencoba konsolidasi dengan pemain lain atau ya terpaksa gugur,” ucap Heru.
Heru mengatakan agar startup bisa bertahan dengan persaingan bisnis yang semakin sengit dengan mencatatkan saham perdana atau initial public offering (IPO). Syaratnya, perusahaan memiliki ekosistem pengguna yang cukup banyak dan telah cukup memperoleh pendanaan.
Startup, kata Heru, tidak bisa lagi bertopang pada pendanaan venture global. “Memang banyak startup sudah membuktikan keuntungan konsisten, tapi memang perjalanan masih berat karena ada pengembalian pendanaan investor,” ucapnya.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA | CAESAR AKBAR
Baca: Alasan Luhut Lapor ke Jokowi Soal Perusahaan Sawit Berkantor di Luar Negeri
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.