Adapun Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Sunarso, dalam keterangan tertulis, mengatakan bahwa pihaknya akan meningkatkan dana murah (current account saving account/CASA) dalam menghadapi tren kenaikan suku bunga.
Peningkatan CASA, kata Sunarso, dilakukan secara gradual dari 63 persen pada kuartal I/2021, menjadi 66 persen pada kuartal I/2022. Caranya melalui transaksi wholesale, penetrasi digital saving BRI, dan hyperlocal ekosistem pada segmen mikro.
Sementara itu, ekonom PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Faisal Rachman memperkirakan sikap The Fed yang lebih hawkish di tengah meningkatnya tekanan inflasi tersebut sesuai dengan perkiraan. Namun begitu, dia memprediksi bank sentral baru menaikkan suku bunga acuannya per semester II tahun 2022 ini.
Sebab, menurut dia, BI akan memprioritaskan menjaga stabilitas terlebih dahulu. "Meningkatkan rasio GWM (Giro Wajib Minimum) dan mengurangi pelonggaran kuantitatif, sebelum menyesuaikan BI7DRR,” kata Faisal.
Apalagi, harga komoditas global yang melonjak akibat perang Rusia-Ukraina telah mendorong kinerja ekspor Indonesia dan memperpanjang rangkaian surplus perdagangan. Neraca transaksi berjalan pun terapresiasi sehingga bisa mendorong stabilitas nilai tukar rupiah sampai tingkat tertentu.
Kondisi itu, kata Faisal, dapat memberikan ruang yang cukup bagi suku bunga acuan BI untuk bertahan di level 3,5 persen dalam beberapa waktu ke depan. Selain itu, peningkatan suku bunga acuan akan bergantung pada kondisi inflasi domestik yang diperkirakan meningkat secara fundamental dan substansial pada paruh kedua tahun ini.
BISNIS
Baca: Besok, Petani Akan Demo Tolak Larangan Ekspor CPO di Kantor Airlangga Hartarto
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.