Bila dibandingkan kondisi perekonomian pada triwulan IV 2021, kondisi ekonomi Papua Barat kini juga mengalami kontraksi 1,96 persen.
Sementara dari sisi lapangan usaha, BPS Papua Barat mencatat hampir seluruhnya mengalami penurunan kinerja, di antaranya industri pengolahan sebesar -1,62 persen, pertambangan dan penggalian sebesar -2,46 persen, konstruksi sebesar -2,71 persen, pertanian dan perikanan sebesar 1,92 persen serta lapangan usaha administrasi pemerintah dan jaminan sosial wajib sebesar -7,78 persen.
Beberapa lapangan usaha yang kinerjanya tumbuh positif yaitu jasa keuangan dan asuransi, perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil, transportasi dan pergudangan, serta real estate.
Dari sisi pengeluaran, kontraksi terjadi pada sebagian besar komponen penyusun PDRB menurut pengeluaran. Kontraksi paling dalam disumbang oleh PMTB sekitar 44,53 persen, konsumsi pemerintah -38,62 persen dan ekspor luar negeri -34,58 persen.
"Impor luar negeri juga mengalami kontraksi hingga 84,84 persen," ujarnya.
Perekonomian Papua Barat diukur berdasarkan besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp2,889,5 miliar. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan mencapai Rp1,542,5 miliar.
Perekonomian Papua Barat pada triwulan I 2022 memberikan kontribusi hingga 18,19 persen terhadap perekonomian di kawasan Maluku dan Papua yang mencakup empat provinsi yakni Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat.
Adapun kontribusi Maluku dan Papua terhadap perekonomian Indonesia pada triwulan I 2022 hanya 2,58 persen.
Baca: Indeks Pembangunan Manusia 2021 Alami Perbaikan, BPS: Tumbuh 0,49 Persen
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu