TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) Papua Barat melaporkan kondisi perekonomian di wilayah itu pada triwulan I 2022 mengalami kontraksi atau minus 1,01 persen year on year (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Kepala BPS Papua Barat Maritje Pattiwaellapia mengatakan penyebab terjadinya kontraksi pertumbuhan ekonomi di Papua Barat dipicu oleh turunnya kinerja beberapa sektor usaha penopang utama perekonomian setempat.
Beberapa sektor usaha yang pertumbuhannya minus di Papua Barat seperti industri pengolahan -2,32 persen, pertambangan dan penggalian -4,31 persen, konstruksi -2,03 persen, serta sektor usaha administrasi pemerintah dan jaminan sosial wajib -0,12 persen.
Di luar dari beberapa sektor itu, justru mengalami pertumbuhan positif.
"Sektor yang punya kontribusi terbesar terhadap perekonomian mengalami kontraksi yang dalam sehingga berdampak secara keseluruhan," jelas Maritje di Manokwari, Kamis, 12 Mei 2022.
Selain beberapa faktor itu, masih lambatnya pertumbuhan ekonomi Papua Barat dipengaruhi oleh turunnya kinerja ekspor luar negeri sebesar 33,14 persen dan pembentukan modal tetap bruto (PMTB) turun 13,40 persen.
"Impor luar negeri terkontraksi 43,32 persen. Peran impor dalam PDRB menurut pengeluaran sebagai pengurang, sehingga dimaknai positif terhadap penyusunan PDRB," jelasnya.