“Untuk migas naik 34,50 persen dan migas 20,33 persen. Sedangkan secara year on year naik 30,85 persen, di mana non-migas naik 27,34 persen dan migas 53,22 persen,” tutur Margo.
Neraca perdagangan sepanjang Maret tidak terlepas dari pengaruh harga komoditas global. Margo mengatakan beberapa harga komoditas ekspor dan impor sepanjang bulan lalu mengalami peningkatan signifikan. Misalnya, harga minyak mentah di pasar dunia atau ICP naik dari US$ 95,72 per barel pada Februari menjadi US$ 113,50 per barel.
“Demikian juga untuk komoditas non-migas mengalami peningkatan. Secara month to month peningkatan pada Maret ini terjadi pada batu bara, nikel, minyak kelapa sawit, aluminium, emas, dan tembaga,” kata Margo.
Di saat yang sama, beberapa harga komoditas pangan pun mengalai peningkatan harga cukup tajam, terutama kedelai. Pada Maret, BPS mencatat harga kedelai naik 8,91 persen. “Jadi baik untuk pangan maupun energi di Maret ini terjadi peningkatan cukup signifikan,” tuturnya.
Di sisi lain, BPS melihat adanya dampak ekspor dan impor karena perang Rusia dan Ukraina. Kedua negara ini memiliki peran strategis terhadap perdagangan dunia. Rusia, misalnya, merupakan negara eksportir kedua minyak mentah terbesar, eksportir batu bara terbesar ketiga, dan pengekspor gandung pertama terbesar di dunia. “LNG juga, Rusia ekpsortir terbesar ketujuh,” ucap Margo.
Baca: Flash Sale, Tiket KA Argo Bromo Anggrek Turun dari Rp 590 Ribu Jadi Rp 75 Ribu
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.