Rangkaian EMU juga diklaim mampu meminimalisir getaran dan bisingan dari luar dalam kecepatan operasional 350 kilometer per jam. Sehingga penumpang bisa menikmati pengalaman bepergian yang nyaman.
Bentuk rangkaian EMU juga mengadaptasi bentuk Komodo sebagai ciri khas hewan endemik Indonesia. Desain interior juga dilengkapi motif batik mega mendung, maka perpaduan modern dan tradisional bisa dirasakan.
“Di samping teknologi yang sama canggihnya dengan EMU, CIT KCJB punya kemampuan untuk memenuhi semua kebutuhan uji coba dan maintenance KCJB. Teknologinya sudah tertanam untuk melakukan tugas tersebut dengan sebaik-baiknya. Jadi kehadiran CIT KCJB ini sangat penting untuk operasional dan keselamatan kereta cepat,” tutur Dwiyana.
Fasilitas dalam rangkaian EMU tersedia kelas VIP, First Class, hingga Second Class. Terdapat juga fasilitas dining car, fasilitas untuk difabel, charging port, sampai Luggage Storage.
Sedangkan untuk rangkaian CIT dirancang untuk kebutuhan uji coba dan maintenance kereta cepat. Kereta inspeksi tersebut juga diklaim memiliki fasilitas kelengkapan sesuai kebutuhan dan sesuai dengan kondisi geologis di sepanjang trase.
Kereta inspeksi ini juga dirancang supaya bisa mendeteksi kondisi lintasan, pengukuran listrik aliran atas atau Overhead Contact System (OCS), pengujian dan pemeriksaan jaringan komunikasi, sistem sinyal, serta dinamika dan integrasi rel-roda dalam kecepatan tinggi hingga 350 kilometer per jam.
Kemudian kereta ini dilengkapi sistem yang diklaim bisa mengumpulkan, memproses, dan menganalisa data terkait kondisi lintasan yang dilalui secara otomatis dan realtime. Dwiyana menegaskan kemampuan ini sangat dibutuhkan di industri kereta cepat agar proses pemeliharaan infrastruktur dapat berjalan optimal dan efisien.
KCIC pun menargetkan kereta yang sudah selesai dirakit bisa tiba di Indonesia pada semester II 2022. Supaya uji coba Kereta Cepat Jakarta-Bandung pada November tahun ini bisa dilaksanakan tepat waktu.
FAIZ ZAKI