TEMPO.CO, Jakarta - Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali, memperkuat ketangguhannya dan kesiapannya menghadapi potensi skenario terburuk bencana dengan menggelar simulasi gempa dan tsunami.
Dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Sabtu 26 Maret 2022, kegiatan yang dilaksanakan Badan Meteorologi, Klimatologi, Geofisika (BMKG) dan pihak bandara pada Kamis kemarin, adalah bagian dari rangkaian upaya penguatan mitigasi gempa dan tsunami Kawasan Infrastruktur Kritis di wilayah Bali.
Koordinator Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono menyampaikan Pulau Bali secara tektonik merupakan wilayah yang diapit oleh dua sumber gempa potensial yang dapat membangkitkan gempa kuat dan memicu tsunami.
"Wilayah Selatan Bali berhadapan dengan sumber gempa tumbukan lempeng yang populer dikenal sebagai zona megathrust, yang mampu memicu gempa dengan skenario terburuk mencapai magnitudo (M) 8,5. Sedangkan di sebelah Utara Bali terdapat sumber gempa sesar aktif yang dikenal sebagai Flores Thrust, yang jalurnya memanjang dari utara Fores hingga Bali dan mampu memicu gempa dengan skenario terburuk mencapai M 7,5." ujar Daryono.
Dalam catatan sejarah, wilayah Bali pernah dilanda gempa kuat dan merusak sebanyak 11 kali dan terjadi tsunami sebanyak enam kali.
Khusus untuk wilayah selatan Bali, tsunami pernah terjadi tiga kali yaitu pada 21 Januari 1917 saat terjadi gempa dahsyat “Gejer Bali”, pada 19 Agustus 1977 saat terjadi gempa Sumba M 8,3 dan pada 2 Juni 1994 saat terjadi gempa Banyuwangi M 7,8.
Kepala Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika wilayah III Denpasar Cahyo Nugroho mengungkapkan, pelaksanaan Simulasi Gempa dan Tsunami di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali salah satunya untuk memastikan kesiapan Bandara Bali.