TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira memperkirakan laju inflasi akan melambung jika pemerintah tak sigap melakukan intervensi di tengah kenaikan harga sejumlah barang kebutuhan pokok saat ini.
“Saat ini belum Ramadan, harga sudah naik. Tentu saat Ramadan harga bisa lebih tinggi," kata Bhima, Jumat, 18 Maret 2022.
Ia mengamati, secara historis pada saat keadaan belum pandemi khususnya menjelang Ramadan, terjadi kenaikan belanja retail masyarakat sebesar 10 sampai 15 persen lebih tinggi ketimbang hari-hari normal.
Penjualan beberapa barang kebutuhan pokok seperti minyak goreng selama Ramadan, menurut Bhima, telah naik 20 persen. Puncaknya, pada Idul Fitri, harga barang-barang itu bisa melonjak hingga 43 persen daripada hari biasa.
Masyarakat, kata Bhima, juga memanfaatkan Tunjangan Hari Raya (THR) untuk belanja kebutuhan selama momentum lebaran. Dengan tren kenaikan harga pangan yang masih akan berlanjut, ditambah juga dengan harga minyak goreng kemasan melonjak karena tidak lagi mengikuti Harga Eceran Tertinggi (HET), ia memperkirakan inflasi bakal melambung.
Bhima juga mengingatkan akan terjadinya imported inflation. "Biaya impor bahan baku telah naik signifikan akibat perang (Rusia dengan Ukraina),” tuturnya.
Tidak hanya minyak goreng, daging sapi, dan gandum, harga bahan pangan impor telah merangkak. Oleh karena itu, ia menyarankan pemerintah harus menjaga stabilitas pangan dengan berbagai cara, termasuk mencari alternatif impor dan mendorong pengusaha kontrak jangka panjang agar harga stabil.